Sepuluh tahun silam, sebuah situs khusus membaca komik tercipta. Tidak seperti website membaca komik lainnya, ada sesuatu yang unik dari situs ini. Isinya bukanlah manga Jepang seperti Naruto atau One Piece seperti yang kita ketahui, tetapi dipenuhi dengan komik asli ciptaan komikus Indonesia. Beberapa komik yang ditawarkan memang masih kental dengan unsur manga, tetapi ada juga yang menggunakan gaya karikatur ala komik yang diterbitkan di koran harian. Selain itu, website ini memiliki sebuah maskot berbentuk balon kata yang dilengkapi dengan aksesoris mewah ala wayang dimukanya dan sebuah pola kepala wayang. Maskot itu diberi nama Kimong. Kimong sendiri bisa digunakan untuk hal lain yaitu sebagai sapaan khusus anggota situs tersebut saat saling berinteraksi.

Marilah sejenak kita rehat dari berita yang membuat kita khawatir akibat virus yang tengah menyerang kita dan menilik kembali ke sebuah zaman di mana komik Indonesia masih belum berkembang seperti saat ini. Sebuah zaman di mana platform komik belum banyak seperti sekarang, zaman di mana it's all about passion tanpa melihat pada berapa banyak yang menyukai karya kita, zaman dimana kita menggambar karena itu memang adalah suatu hal yang menyenangkan, zaman dimana kita bebas menerbitkan karya kita tanpa takut tidak lolos kurasi penerbit.

Sebuah jaman dimana ngomik.com masih ada.

Ngomik.com: Sarana Penyaluran Kreativitas

Ngomik.com adalah sebuah platform membaca komik lokal yang didirikan pada tahun 2010 oleh salah seorang adminnya yang bernama Bayu. Kala itu, bacaan disana didominasi oleh komik hasil ciptaan karya kaskuser. Pada awal platform ini didirikan, semuanya saling berbagi ilmu satu sama lain. Tidak ada batasan antara yang ahli maupun yang masih newbie. Semua saling bahu membahu dan tidak berkompetitif sesuai penuturan salah satu komikusnya yang masih aktif hingga sekarang dan telah menerbitkan karya dari genre horor sampai komedi romantis yaitu, Eriq Adinugraha.

"Komunitasnya welcome banget. Yang buat terkesan itu kedekatan dengan para senior makanya, Komunitasnya jadi asik." Ujarnya saat diwawancarai.

Dikarenakan dulu belum ada Line Webtoon di Indonesia, Ngomik.com menjadi satu-satunya tempat bagi para komikus untuk menuangkan dan menerbitkan karya mereka secara digital. Hal lainnya adalah karena di ngomik.com tidak ada seleksi untuk menerbitkan karya seperti yang dilakukan penerbit kebanyakan. Berkat hal ini, anggota komunitas tersebut semakin besar dari hari ke hari dan membuktikan eksistensinya di ranah komik Indonesia. Seperti penuturan salah satu komikus garis depan ngomik.com, Hide Hidayat. Komikus yang terkenal dengan komik horor ciptannya yaitu The Cursed Face ini berkata bahwa puncaknya adalah saat ngomik.com disebut-sebut di salah satu acara TV swasta terkait komik dan jumlah komunitasnya. Ini semakin memperkuat bukti bahwa ngomik.com telah menjejakkan kakinya dalam komik Indonesia.

Terkadang dalam berkarya, kita mencari suatu cara agar kita bisa cepat mahir seperti panutan kita atau berharap bisa cepat diperhatikan orang lain sehingga terbesitlah suatu cara curang, begitu pula yang terjadi di ngomik.com. Salah satunya seperti kasus yang lumrah terjadi yaitu tracing gambar, komik colongan dari google, dan ada juga yang mengakali view komiknya agar orang mengganggap komiknya banyak yang menyukai sehingga menarik minat pembaca lewat jumlah view yang dimiliki. Tapi, tidak semua hal buruk terjadi. Ada pula hal baik yang terjadi.

Pada tahun 2012, sebuah tren muncul di kalangan kimong yaitu, Jam komik. Jam komik sendiri adalah rentetan komik yang dikerjakan secara tim dan saling berkesinambungan satu dengan yang lain menggunakan perspektif karakter yang berbeda. Contohnya seperti karakter A dikejar monster di komik A. Selanjutnya di komik B, karakter B menolong karakter A dari kejaran monster. Tren ini menciptakan suatu tensi semangat diantara para newbie sehingga membuat mereka ingin menciptakan komik bersama dengan tim mereka sendiri. Salah satu jam komik pada saat itu adalah Ngomik of The Dead, yang merupakan jam komik dari salah satu serial yang sempat terkenal karena tema zombi apokalipsnya yaitu Palembang of The Dead. Jam komik ini juga bisa berfungsi sebagai cara para kimong untuk melanjutkan cerita komik yang lama hiatus karena kesibukan pengarangnya, berdasarkan perspektif karakter mereka sendiri.

Maskot Ngomik.com, Kimong

Jejak Para Komikus di Ngomik.com

Tidak lengkap jika membicarakan platform komik tanpa mengungkit komik itu sendiri. Pada tahun 2012 sampai 2013, Salah satu penerbit komik lokal yaitu Koloni, melakukan kerja sama bersama ngomik.com dan menciptakan sebuah voting komik kompilasi untuk mereka terbitkan nanti. Sontak hal ini membuat kaget para kimong. Akhirnya, sebuah kesempatan untuk bisa melihat komik ciptaan mereka berada dalam bentuk cetakan fisik. Setelah Koloni, beberapa penerbit lainnya menjadikan ngomik.com sebagai rujukan mereka untuk menerbitkan buku seperti diantaranya Bukune, Mizan, Bentang Komik, dan masih banyak yang lainnya.

Komik-komik yang masuk ke dalam penerbit saat pertama kali menjadi rujukan berupa komik iseng seperti komik bergenre komedi. Barulah memasuki tahun 2015, Komik yang agak serius mulai diterbitkan secara fisik seperti yang paling booming hingga mengegerkan ranah perwibuan Indonesia kala itu karena gaya gambar yang sangat mirip seperti manga jepang dan ceritanya yang mirip dengan salah satu manga Jepang yaitu, Nisekoi adalah Tiap Detik karya Reinato Reimundo Junior. Menyusul Tiap Detik, beberapa komik garis depan ngomik.com pun juga berhasil masuk penerbit antara lain adalah Jaka Kahuruan karya Fauzy Zulvikar Firmansyah, Toro Origins karya Agustian Noor, The Cursed Face karya Hide Hidayat (yang ini menerbitkan secara mandiri alias Indie), dan salah satunya yang paling terkenal hingga sekarang adalah Si Juki. Benar, karakter ciptaan Faza meonk ini pernah terbit di ngomik.com sebelum terkenal seperti sekarang ini. Tidaklah berlebihan mengatakan bahwa Si Juki merupakan salah satu alumni ngomik.com yang berhasil membentuk brand-nya sendiri dan membentang hingga keluar negeri.

Meski begitu, komik Indonesia masih dianggap sebelah mata oleh rakyat Indonesia sendiri. Stigma yang mengatakan komik adalah bacaan khusus anak masih melekat pada pikiran. Tapi, komik ngomik.com yang berhasil masuk ke dapur percetakan tak boleh dianggap remeh. Mereka juga bisa setaraf dengan manga jepang dari segi visual dan cerita. Buktinya mereka bisa terkenal dan mengangkat nama ngomik.com kala itu seperti contohnya adalah Toro Origins dengan aksi pertarungannya yang khas ala manga shonen jaman dahulu, The Cursed Face dengan visualisasi yang menyeramkan ala komik Junji Ito dan tentu saja, Tiap Detik. Ada juga yang tidak masuk penerbit tapi terkenal di kalangan penikmat komik digital saat itu adalah Erlin Susanto karya Fauzy Zulvikar Firmansyah dengan komedinya yang menggunakan trope karakter Trap (Ya, Indonesia sudah duluan sebelum Jepang mulai sering menggunakan karakter Trap dalam ceritanya.). Komik bergenre komedi juga banyak diminati dan sering diterbitkan kala itu salah satu yang paling terkenal adalah Si Juki ciptaan Faza Meonk yang masih eksis hingga sekarang. Komikus-komikus ini berhasil menunjukkan eksistensi mereka dan mengangkat nama ngomik.com secara tidak langsung kemata publik. Contohnya saja pada tahun 2014, The Cursed Face mendapatkan sebuah penghargaan sebagai Best Seller Comic Ngomik.com. Ini menunjukkan bahwa makin banyak orang yang melirik komik Indonesia. Para komikus ini telah menunjukkan bahwa anak bangsa pun bisa berkarya layaknya mangaka Jepang.

Komik Ngomik.com (dari kiri ke kanan): Toro Origins, The Cursed Face, Si Juki, Erlin Susanto, dan Tiap Detik

Akhir dari Sang Kimong dan Warisan terakhirnya

Dalam sebuah perjalanan, tentu saja kita akan menemui sebuah akhir. Begitu juga dengan ngomik.com.

Pada tahun 2014, banyak komikus dan kimong yang hengkang dari ngomik.com dikarenakan penampilan ngomik.com yang sudah tidak menunjukkan ciri ngomik.com semestinya. Tampilan mereka saat itu cenderung mengikuti Webtoon yang sudah membentang hingga Indonesia. Kemunculan platform webcomic seperti Webtoon pada tahun-tahun berikutnya merupakan awal menurunnya pamor ngomik.com. Para komikus mulai melihat ada peluang lebih besar yang bisa diberikan dan memutuskan untuk pindah.

Puncaknya terjadi pada akhir 2015, dimana ngomik.com dibobol oleh orang tak bertanggung jawab dan menyebabkan error dan bug disana-sini. Mural yang biasa digunakan untuk berinteraksi antar sesama kimong terkena dampaknya yaitu munculnya gambar tak senonoh yang memenuhi mural kala itu. Lambatnya penanganan admin kala itu membuat ngomik.com telah sepenuhnya menjadi sepi dan tak terurus lagi hingga akhirnya, selama lima tahun perjalannya, ngomik.com menutup websitenya.

Ngomik.com terpaksa mengakhiri kisahnya dengan cara yang tragis. Tapi dibalik hal tersebut, ada hikmah yang bisa dipetik. Begitu banyak komikus yang telah berhasil meraih kesuksesan dan mengukir nama mereka sendiri seperti Faza Meonk, Sweta Kartika, Amsal Samuel, Fauzy Zulvikar Firmansyah, dan masih banyak lainnya, memulai karir awal mereka di platform yang identik dengan warna oren ini. Meski ngomik.com sudah tidak ada dan hilang bersama dengan segala kenangan para kimongnya, tidaklah berlebihan jika mengatakan ngomik.com adalah gerbang awal serta batu lompatan bagi berkembangnya komik Indonesia hingga sekarang ini.

"Maskot Kimong menyemangati para Mong untuk terus berjuang."