Anime itu kartun atau bukan?

Anime dan kartun. Sebuah debat klasik dalam dunia jejepangan yang tidak ada habisnya, baik di Indonesia maupun mancanegara. Mulai dari penggemar jejepangan, khalayak ramai, hingga para ahli punya pendapatnya sendiri tentang masalah ini.

Sejumlah penggemar anime, di mana mereka menyebut diri mereka sebagai otaku, menegaskan bahwa anime dan kartun adalah dua hal yang berbeda. Kartun adalah animasi buatan orang Barat, sedangkan anime buatan Jepang. Secara visual, anime benar-benar berbeda dengan kartun, lebih kompleks dan proporsi tubuh yang lebih menyerupai manusia asli, kecuali rupa wajah tentunya. Anime begitu dipuja sebagai solusi yang jauh lebih baik dari kartun, mengajarkan persahabatan, cinta, dan berbagai hal muluk-muluk lainnya. Menurut mereka, anime adalah sebuah wujud akan kedewasaan, sedangkan kartun hanyalah tontonan anak kecil. Tidak hanya itu, mereka pun tidak segan “menghabisi” mereka yang menyamakan anime dengan kartun.

Sifat kekanak-kanakan kelompok ini membuat sekelompok orang geram. Mereka yang geram ini mulai menyamakan anime dengan kartun, menyerang balik para otaku, mempermalukan mereka sejadi-jadinya. Serangan balik ini terjadi di berbagai belahan dunia, bahkan Indonesia juga turut melakukannya di tahun 2013-2014. Strategi ini terbukti sukses, di mana mantan otaku yang tidak tahan dengan serangan ini berpindah kubu dan berbangga diri menyebut mereka sebagai wibu, terjemahan dari kata weeaboo. Baik otaku maupun weeaboo memiliki citra buruk di Jepang itu sendiri.

Meskipun konflik anime-kartun ini sudah lama berlalu, hal ini tentunya belum menjawab pertanyaan awal. Apakah benar anime adalah kartun? Biarlah para ahli, dalam hal ini kamus bahasa, bersuara tentang ini.

Tanyakan kepada Ahlinya

Sebagai warga negara Indonesia yang baik, penerapan bahasa Indonesia yang baik dan benar merupakan sebuah kebutuhan. Di mana ada bahasa Indonesia, di situlah ada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sebuah kamus yang menjadi dasar bahasa Indonesia.

Bahasa Indonesia banyak menyerap kosakata bahasa asing, salah satunya adalah anime. Kata “anime” sendiri juga merupakan serapan dari bahasa Inggris animation, dilafalkan menjadi animeshon dan disingkat menjadi anime. Di Jepang sendiri, mereka menyebut semua kartun sebagai anime, termasuk kartun Barat sekalipun. Saat anime mulai menggalang buana ke berbagai belahan dunia, maknanya pun dipersempit, hanya untuk kartun ala Jepang saja.

Anime menurut KBBI, Oxford, dan Webster

Kembali ke KBBI, penjelasan terhadap anime itu sendiri cenderung mengambil jalan tengah. KBBI tetap menjelaskan anime sebagai kartun, namun dengan kekhasan Jepang. Beberapa kamus bahasa Inggris seperti Oxford (Inggris) dan Webster (Amerika Serikat) juga mengeluarkan hasil yang kurang lebih sama, hanya saja mereka menambahkan penjelasan yang lebih “membela” otaku, seperti target pasar orang dewasa dan tidak disebutnya kata “kartun”.

Manakah yang Benar?

Terlepas dari pendapat otaku, wibu, khalayak ramai dan para ahli, setiap orang mempunyai pandangannya tersendiri soal masalah anime-kartun, termasuk penulis.

Singkatnya, anime dan kartun tidak bisa diumpamakan apel dan jeruk seperti kata para otaku, melainkan apel fuji dan apel washington. Keduanya sama-sama apel, dan orang boleh menyebutnya sebagai apel. Akan tetapi, kedua apel tersebut juga memiliki sejumlah perbedaan yang mencolok, seperti warna, ukuran dan rasa.

Hal ini juga berlaku dalam kartun dan anime. Keduanya punya perbedaan yang mencolok, tapi keduanya boleh dikategorikan sebagai kartun atau animasi, hal tersebut sudah berimbang dan tidak perlu diperdebatkan lagi.

Tulisan ini adalah opini pribadi dari penulis, tidak mencerminkan pandangan umum Risa Media. Penulisan oleh Excel Coananda.