Karakter adalah sebuah figur yang bisa memiliki bentuk, sifat, gestur, dan ekspresi yang khas yang dapat diingat oleh orang lain. Karakter merupakan elemen penting dalam sebuah karya baik itu film, komik, game, maupun novel. Bahkan, diri kita sendiri adalah karakter. Kita mempunyai latar belakang, masalah dan peran masing-masing. Sebuah karakter juga dapat mempengaruhi keadaan sekitarnya.

Dalam seni pertunjukan, kita harus peka dan riset agar bisa memerankan karakter tersebut dengan natural. Mempelajari ekspresi, gestur, dan nada bicara adalah hal yang penting. Sebagai contoh, gestur, ekspresi dan nada bicara seorang milyuner berbeda dengan orang yang hanya memiliki uang 50 ribu di ATM. 

Harus Peka dan Riset

Dalam mendesain sebuah karakter, banyak dari kita terkagum-kagum dan mengambil referensi dari karakter yang sudah ada dalam sebuah karya. Banyak formula yang diulang-ulang dalam pembuatan karakter. Salah satu contohnya, dalam komik Jepang, karakter dikelompokan menjadi tsundere, kuudere, yandere, dll. Tsundere adalah karakter jutek namun perhatian, kuudere adalah karakter pendiam yang perhatian, dan yandere adalah karakter yang perhatian namun sadis. Sayangnya, jika kita membuat karakter hanya berdasarkan formula yang sudah ada, biasanya karakter tersebut akan menjadi datar dan tidak natural. 

Agar karakter tidak datar (secara perwatakan), sebaiknya kita melihat referensi dari karya yang ada dalam berbagai media, untuk memperkaya perspektif kita. Bisa dari film, drama, dan teater dari mancanegara. Lebih baik lagi, biasakan diri mengamati karakter manusia nyata yang ada di sekitar kita, dan mengadopsinya menjadi karakter di dalam karya kita.

Agar hal yang kita amati tak cepat terlupa, biasakan diri untuk menulis diari setiap hari. Jika kita mampu menulis diari sederhana saja selama setahun, banyak karakter yang dapat bisa kita olah sebagai referensi sebuah karya. Hobi apa yang mereka sukai, jenis fobia apa yang mereka miliki, dan pengalaman spesial apa yang mereka telah alami, semuanya bisa kita ambil sebagai referensi. Akan tetapi, agar tidak menyinggung orang lain, maka kita harus mencampurkan beberapa sifat orang lain atau sifat diri sendiri agar bisa menjadi satu karakter baru yang unik.

Pastikan Related ke Pembaca

Dalam pembuatan sebuah karakter juga, kekuatan dan kelemahan haruslah seimbang. Ada sebuah harga yang harus dibayar ketika karakter tersebut mempunyai kekuatan yang besar. Kelemahan dari sebuah karakter bisa diproyeksikan dari dalam karakter itu sendiri, maupun dari lingkungan sekitarnya.

Sebagai contohnya karakter yang sangat kuat seperti Saitama (One Punch Man) memiliki kelemahan, yaitu penampilannya yang sangat sederhana. Hal ini membuat orang sekitarnya selalu meremehkannya, walaupun aksinya sangat hebat. Selain itu, kita juga bisa memproyeksikan sebuah kelemahan karakter menjadi kekuatan, sehingga penikmat karyanya bisa tertawa dan ikut bersimpati. Sebagai contohnya Patrick Star (Spongebob Squarepants) justru karena dia bodoh, hidupnya menjadi santai dan menyenangkan. 

Gestur dan gaya bicara juga mempengaruhi sifat karakter, loh!

Jika sudah menentukan konsep karakter, maka kita bisa menentukan nama dan desain karakter yang sesuai. Dalam membuat nama karakter, kita harus berpikir dari sisi pembaca, dan apa ekspektasi mereka setelah mendengar nama karakter tersebut.

Sebagai contohnya, ambil Gula dari komik Wonder Sweet. Secara sempitnya, Gula adalah pemanis makanan. Sebagai kiasan, bisa bermacam-macam. Contohnya, kita dapat teringat banyak hal dari nama Gula, dari yang bersifat manis, ramah, dan identik dengan anak-anak. Selain itu, kita bisa membuat nama yang memiliki unsur dalam memori kolektif kehidupan. Romeo dan Juliet, menjadi Rojali dan Juleha, yang sempat dibuatkan sinetronnya. Pembaca dapat memperkirakan sifat dan ceritanya akan seperti apa.

Nama karakter yang baik adalah nama yang sederhana dan mudah diingat. Jika kita mengambil istilah asing yang juga asing di masyarakat, maka penikmat karya kita akan kebingungan.

Sederhana, tapi Tetap Unik 

Karakter yang baik desainnya adalah karakter yang tidak terlalu rumit namun unik. Untuk mencoba hal tersebut, kita bisa membuat siluet dari karakter kita. Jika mudah dikenali dari bentuk siluetnya, berarti sudah cukup baik.

Selanjutnya, kita harus membuat ekspresi yang cocok dengan sifat karakter tersebut. Jika kita ingin membuat karakter yang menggemaskan, kita harus mencari berbagai referensi ekspresi yang lucu. Kita juga bisa membuat sebuah kontradiksi ekspresi dan gestur dari sifat seorang karakter, sehingga membuat orang lain dapat terpikat dan bersimpati dengan karakter tersebut. Sebagai contohnya seorang karakter kecil tapi bersifat sok dewasa sehingga kita bisa merasakan kelucuannya. Atau seorang karakter yang terlihat pintar dalam segala hal, namun ternyata sangat kebingungan ketika berhadapan dengan teknologi. Dari hal tersebut, ekspresi dan gestur dapat kita kelola sedemikian rupa.

Karakter yang memikat akan mudah diingat masyarakat.

Sering kita menjumpai kemiripan desain antara satu karakter dengan karakter yang lainnya, namun sebenarnya hal tersebut sangatlah wajar. Sama halnya dengan nama karakter yang mirip, jika desain karakter kita mirip dengan karakter lain, kita juga bisa membuat pembaca memiliki sebuah modal ekspektasi. Hal yang membedakan satu sama lainnya adalah perspektif dan subjektivitas dari masing masing pembuatnya. Sebagai contohnya, tidak kebetulan karakter utama magical girl sama-sama berambut pink. Hal tersebut agar pembaca mempunyai persiapan siapa tokoh utama dalam karya magical girl tersebut. 

Karakter-karakter yang sangat dikenali akhirnya menjadi sarana hiburan yang terlepas dari medianya, menjadi idola yg dicintai penggemarnya. Sebagai idola, sebuah karakter harus bisa menghibur bahkan tanpa cerita yang bersambung. Karakter tersebut hanya memerlukan sebuah latar belakang yang jelas. Beberapa karakter komik di Indonesia telah meraih predikat ini. Sebut saja Risa (Risa Comics) dan Chiwa (Pandaclip), yang dinanti kehadirannya.

Untuk bisa menjadi karakter yang memikat, karakter tersebut harus selalu berinteraksi dengan pembaca secara real, menjawab pertanyaan, dan membuat konten yang mempunyai koneksi dengan kebiasan dan masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

Karakter Jahat Juga Bisa Memikat

Jika kita menelaah lebih dalam lagi, karakter yang memikat tidak selalu tentang karakter yang bersifat protagonis saja. Karakter antagonis pun bisa memikat para pembaca. Sebut saja Sally  (Wonder Sweet) dengan pola pikirnya yang licik. Sangat mirip dengan orang yang bisa ditemui di dunia nyata. Ada sebab yang membuat kita ikut simpati terhadap tindakannya yang tidak baik tersebut. Karakter lain yang memikat masyarakat walau antagonis adalah Joker (Batman), Sheldon (Big bang Theory), Squidward (Spongebob Squarepants), dan lainnya. Sifatnya kadang berada di batas baik dan jahat, membuat kita penasaran untuk mengikuti perkembangannya.

Akhir kata, dalam proses pembuatan karakter, kejujuran dalam berkarya adalah hal yang penting. Kejujuran yang dimaksud adalah ketika seorang kreator menjadi dirinya sendiri. Berbagai formula yang telah dianggap berhasil untuk memuaskan sebuah target pasar hanyalah sebagai bumbu. Pengalaman hidup kreator sendirilah yang membuat sebuah karya menjadi berbeda dan unik dari yang lain. Seorang kreator sebaiknya memperkaya diri dengan berbagai perspektif, dan senantiasa belajar untuk peka terhadap kondisi di sekitarnya.

Penulisan artikel oleh Johanes Park.