Deco*27 baru saja merilis album terbarunya, Android Girl, dengan lagu-lagu terbaru yang masih menyambungkan diri pada lagu-lagu lamanya, seperti Android Girl yang merupakan sekuel dari Two Breaths Walking dan reproduksi kedua dari Ai Kotoba, Ai Kotoba III. Memproduksi lagu dengan Hatsune Miku sejak 2008, kesan yang ada dalam lirik-lirik dan nada lagunya beragam—bisa dinikmati tak hanya di satu waktu.

Deco*27 telah memiliki jumlah views yang stabil sejak lagu pertamanya dirilis di NicoNico Douga, dan langsung melejit ketika Ai Kotoba dirilis pada tahun 2009. Setelah itu, lagu-lagunya mengarah ke ranah kehidupan sehari-hari yang cenderung tak melulu indah, seperti Yowamushi Montblanc dan Mozaik Rolesudah diadaptasi menjadi manga multi-volume dan tersedia dalam versi Bahasa Indonesiaoleh GUMI, yang kemudian berlanjut di albumnya Conti New (2014) dengan lagu-lagu seperti Mono Poisoner, Streaming Heart, Tax Delusion, dan Antibeat. Tren ini berlanjut pada albumnya, GHOST (2016) yang berisi Ghost Role, MKDR, Liar Dance dan 118, serta masih berjalan sampai hari ini dengan Android Girl (2019) yang berisi Relationship Scramble dan Otome Dissection.

Android Girl Deco
Android Girl, Album Terbaru dari Deco*27

Sebuah”Mixed Up Together Love Philosophy

“Cinta yang bisa kita bilang ‘baik-baik saja’ itu tidak pernah ada” Deco*27 – MKDR

Miku digunakannya secara fleksibel. Ia bisa menjadi tokoh yang ceria dan menceritakan cinta yang berbunga-bunga seperti dalam Ai Kotoba dan Heart a la Mode, atau menceritakan perselingkuhan dan kekerasan domestik seperti dalam Streaming Heart, dan Relationship Scramble, atau hubungan yang tidak sehat seperti dalam Mono Poisoner, Antibeat, Ghost Rule, Liar Dance,  Relationship Scramble, dan lagu terbarunya Android Girl.

Cuplikan Adegan dari Video Klip Streaming Heart

Selain itu, ia pernah berkolaborasi dengan sasakure.UK untuk 39 yang menceritakan ulang tahun dari Hatsune Miku itu sendiri dan Snow Song Show yang digunakan untuk SNOW MIKU waktu itu. Kedua lagu menunjukkan bahwa produser satu ini tak melulu berisi nada-nada dengan tema yang suram, seperti yang terlihat dalam Snow Song Show yang menceritakan petualangan natal yang inosens.

Empowering Listener dengan Storytelling yang luar biasa

Menurut penulis, poin unik dari Deco*27 adalah sebagaimana produsen-produsen vocaloid lain, ia memiliki kekuatan dalam menceritakan kisah. Paduan nada Miku yang dimanipulasi untuk menunjukkan kesan-kesan tertentu, dipadu dengan musik latar dan visual yang kuat, membuat pendengar tetap berada dalam narasi. Ini terlihat dari bagaimana ia menceritakan konflik pasangan dalam Streaming Heart yang akhirnya diakhiri klimaks balas dendam, bagaimana Liar Dance membalas narasi Ghost Rule seakan-akan terdapat dialog antara dua tokoh, atau jebakan plot pada Relationship Scramble yang mengaburkan apa yang terjadi dan apa yang hanya menjadi bayangan tokoh.

Ghost Rule, Sebuah Karya dari Deco*27 tentang sebuah hubungan yang buruk

Selain itu, Deco*27 juga cukup berkembang dari waktu ke waktu dalam menggunakan idol perangkat lunak itu, menghilangkan kesan ‘cempreng’ yang sering kali menjadi kritik pada suara-suara vocaloid. Ini terlihat dari progresi lagunya yang paling terkenal Ai Kotoba, (2008) memakai versi paling populer, Vocaloid 2, yang kemudian direproduksi menjadi Ai Kotoba II (2013) dan Ai Kotoba III (2019). Android Girl (2019) yang dirilis bersamaan dengan album baru tahun ini juga memperlihatkan hal ini, dengan peningkatan dari segala sisi baik visual, aransemen, maupun vokal dari prekuelnya, Two Breaths Walking (2008)

Jika dikatakan vocaloid adalah barang lampau,  beberapa produser masih terus bereksperimen dan berkarya menggunakannya, seperti Deco*27, dan album yang keluar baru-baru ini menjadi penandanya. Mari mendukung segenap kreator dan musikus yang kita sukai produk-produknya dengan mengaksesnya dari sarana legal seperti Spotify atau membeli bentuk fisiknya secara langsung. Karena kreativitas, adalah mahal harganya. 

 

Tulisan ini adalah opini pribadi dari tim penulis kami, tidak mencerminkan pandangan umum

Penulis: Muhammad Naufal
Editor 1: Dimas Andaru Kusumo