Polemik Desain Karakter Gim Video

Setidaknya ada dua keributan dari desain-desain karakter gim video yang baru diumumkan beberapa saat silam. Pertama, desain ulang Tifa Lockhart yang menjadi waifu semua lelaki itu, yang fitur-fitur tubuhnya ‘diproposionalkan’, dibuat lebih ‘sporty’, dan ditambah lapisan pakaian di sini dan sana. Kedua, desain trainer baru pokemon, Nessa, yang dianggap representasi orang-orang berkulit-berwarna (people of colour).

Secara singkat: urusan Tifa dipermasalahkan oleh orang-orang yang tak senang, uhm ‘fitur-fitur’ tubuhnya diminimalisir. Dianggap desain baru yang membuatnya lebih ‘proporsional’ itu ulah orang-orang yang terlalu sensitif dan gampang marah sehingga Tifa tak lagi se-seksi dulu. Sedangkan urusan Nessa dipermasalakan ketika beberapa gambaran penggemar (fanart)-nya dianggap whitewashing,

Overseksualisasi Kaum Hawa dalam Gim

Ini tentu bukan pertama lainnya desain karakter video gim diprotes. Sejak dulu Overwatch pertama kali rilis, dan bahkan ditarik jauh sebelumnya, orang sudah mulai mempertanyakan niat di balik desain karakter gim yang dinilai terlalu jauh dari kenyataan, atau justru menggambarkan suatu stereotipe yang berbahaya, biasanya soal karakter perempuan.

Mengenai objektivikasi dan overseksualisasi, desain karakter perempuan yang paling sering dikritisi. Masalah yang paling klasik: mengapa armor level tinggi dari karakter laki-laki berbentuk baju zirah dan tameng besi berlapis-lapis, sedangkan armor perempuan berupa baju tanggung yang jelas tidak melindungi apa-apa saat bertarung?

Kesadaran mulai muncul beberapa tahun lalu mengenai bagaimana perempuan digambarkan dalam gim video. Tidak masuk akal armor yang tipis-tipis dalam pertarungan, apalagi macam Shuten Douji atau Jack the Ripper di FGO itu.

Image result for jack the ripper fgo

Soal bentuk tubuh yang proporsionalpun bisa jadi masalah: kalau terdapat distorsi terlalu banyak pada bagian tertentu, ya, patut dipertanyakan pula, jangan-jangan perempuan sengaja diseksualisasikan secara berlebihan untuk memenuhi fantasi pemainnya.

Image result for free nagisa swimsuit

Laki-laki juga bisa diseksualisasi berlebihan. Pernah main gim otome?

Makanya, karakter-karakter seperti Tifa seringkali dikritik karena kalau orang memang niat bertarung di alam liar, ya, yang ditunjukkan jangan dadanya saja. Desain yang baru mencoba mencapai itu: cewek sporty yang pakaiannya dua lapis, dengan bentuk tubuh yang proporsional.

Beberapa gamer lalu protes keras–ini ulah-ulah orang yang terlalu sensitif, katanya. Begitu saja dipermasalahkan, sampai-sampai desain karakternya harus jadi seperti itu. Beberapa pengguna 4chan mengamuk dan hampir-hampir mau gerilya betulan.

Whitewashing dan Stereotipe Bermasalah dalam Desain Gim 

Soal representasi etnis maupun ras juga bisa jadi masalah. Memang fleksibel, tapi kalau misal dalam suatu gim protagonisnya aristokrat Eropa kulit-putih semua, sedangkan antagonisnya orang-orang preman kulit-hitam semua, ya, jangan-jangan desainernya punya pandangan negatif terhadap kelompok tertentu.

Juga soal stereotipe–mengapa protagonis harus selalu laki-laki gagah berani yang menyelamatkan perempuan damsel in distress yang tidak bisa apa-apa? Memangnya perempuan tidak bisa jadi petarung juga?

Soal whitewashing, dapat dilihat kasus film Ghost in the Shell silam. Itu film Jepang, memiliki karakter orang-orang Jepang dengan berlatarbelakang Jepang, tapi aktor dan aktris yang mewakilinya nggak ada jepang-jepangnya.

Itu yang disebut whitewashing: tokoh dari ras atau etnis minoritas, seperti kulit berwarna atau orang asia, di’putih’kan agar ‘kelihatan lebih menarik’, suatu alasan yang jelas sangat rasis. Ini pula yang dituduhkan pada gambar-gambar Nessa di atas.

Orang SJW Melawan Orang Rasis

Penulis kira esensi yang bisa didapatkan dari kasus-kasus menjengkelkan seperti ini adalah melihat hal sesuai dengan proporsinya masing-masing.

Pada kasus Tifa jelas desain barunya tidak mengurangi seberapa atraktifnya dia bagi para lelaki. Tetap cantik dan seksi juga. Ini justru membuktikan bahwa karakter perempuan tidak butuh diseksualisasi berlebihan untuk membuatnya dapat disenangi oleh para penggemar.

Representasinya terhadap orang betulan juga cocok–Tifa seorang petarung yang sporty dan berotot, tidak butuh dibesarkan bagian-bagian tertentunya.

Orang-orang 4chan dan di tempat-tempat lain tidak perlu repot-repot teriak-teriak soal SJW, karena toh sebenarnya tidak ada masalah dengan desain karakter yang lebih proporsional dan representatif. Ya, karakter fiksi itu fiksi dan tidak perlu sesuai dengan kehidupan nyata, tapi bagaimana fiksi digambarkan, sampai titik tertentu, merupakan cerminan dunia nyata juga.

Pada kasus Nessa, beberapa orang benar-benar perlu memahami bahwa tuduhan rasis tidak bisa seenaknya dilemparkan. Dua gambar di atas jelas-jelas tidak membuat Nessa terlihat lahir dari Skotlandia atau Jerman, ia tetap berkulit gelap meskipun tak persis sama palet warnanya dengan desain resmi–dan itu seharusnya tidak menjadi masalah. Niatan dari ilustrator juga harus dihitung.

Apakah sang ilustrator Jepang dan Sakimi-Chan yang berasal dari asia tenggara mempunyai tendensi rasis terhadap orang berkulit gelap? Ya, sangat gegabah untuk mengatakan demikian, siapa tahu menggunakan warna yang lebih cerah sedikit memang keputusan yang murni artistik, bukan kebencian terhadap ras tertentu.

Kasus yang Berulang Seperti Kaset Rusak

Sepertinya ini ajang tahunan. Cyberpunk 2077 juga dilanda masalah-masalah serupa yang terlalu panjang untuk dimasukkan di sini. Tetapi memangnya kita tidak capek saling ngotot dan ngamuk soal hal-hal seperti ini?

Mulai dari desain karakter yang dianggap menghina dan melecehkan, atau kasus doujin yang dianggap berbahaya terhadap anak-anak, penulis kira kalau mau membicarakan hal-hal seperti ini, ada baiknya dimulai dari pola pikir yang mengikuti ujaran Pram: adil sejak dalam pikiran. Siapa tahu yang kita tuduh rasis tidak berniat rasis ataupun melecehkan. Siapa tahu yang kita tuduh SJW sebenarnya membawa masalah yang benar-benar penting dan harus dibicarakan.

Kalau sudah seperti itu, diskusi bisa dibahas dengan enak dan jernih, menambah pengetahuan serta wawasan mengenai topik kompleks tentang hubungan dunia nyata dengan dunia fiksi, tidak hanya menambah emosi dengan berdebat online selama berjam-jam.

Tapi kalau gamer-gamer ini memutuskan untuk menutup telinga soal hal-hal penting dan terus-menerus teriak soal apa yang menurutnya benar, ya, kayaknya memang harus ditindas saja. Nggak perlu ‘gamer rise up’.

Sumber ilustrasi: Hitekno.com / Polygon/ Official Free Key Visual by Kyoto Animation / Jack The Ripper by Type-Moon Keyvisual for Fate/Grand Order.