Ada ada saja kelakuan wibu jaman now
Dunia jejepangan kembali gempar. Jika Anda berharap berita ini tentang pencapaian positif, Anda salah besar, karena mereka kembali membuat drama.
Singkat cerita, kisah ini bermula dari Nafa Urbach, seorang artis kondang yang juga ibu beranak satu. Pada suatu hari, Nafa mengunggah foto anaknya yang masih berusia 6 tahun ke situs berbagi foto Instagram. Entah bagaimana, unggahan ini memicu seorang pemuda berusia 19 tahun yang (sudah pastinya) wibu. Satu kata empat huruf, dan pemuda ini memulai drama yang berkepanjangan ini. Loli, itulah katanya.
Berbagai pro dan kontra pun mencuat dari dua sisi yang berbeda. Sisi pertama ada Nafa Urbach, didukung oleh orang tua dan masyarakat luas. Mereka baru saja mengetahui loli adalah kata yang bermakna buruk, sesuatu yang berkaitan dengan pedofilia. Masih jelas teringat drama serupa yang terjadi beberapa bulan sebelumnya, saat sebuah komunitas pedofilia yang mencatut loli di namanya terciduk aparat. Di mata mereka, pedofilia, atau bahkan segala hal yang berkaitan dengan anime, adalah hal menjijikan yang harus segera diberantas.
Di sisi lain ada penggemar jejepangan. Beberapa di antaranya jugalah lolicon, seseorang yang menyukai anime loli, sama seperti pelaku. Menurut mereka, pemeran dan penyanyi berusia 37 tahun ini terlalu overprotektif pada anaknya, membesar-besarkan hal yang seharusnya sederhana. Mereka pun kembali berkilah tentang istilah-istilah yang dipakai. Loli hanya untuk karakter anak kecil fiksi, lolicon tidak sama dengan pedofil, lolicon hanya tertarik dengan karakter fiksi, dan berjuta alasan lainnya untuk memaklumi lelucon yang sudah menjadi makanan mereka sehari-hari.
Mengenal Inside Joke
Satu hal yang unik dari peristiwa ini, banyak penggemar jejepangan, mereka yang sehobi dengan pelaku, justru lebih memilih untuk membela Nafa Urbach. Dari pandangan mereka, tindakan pelaku ini sudah melewati batas-batas norma yang berlaku, dan mereka juga turut menghargai hak dan kewajiban seorang ibu untuk melindungi buah hatinya dari mala bahaya, khususnya dari tangan-tangan jahil pedofil. Mereka juga turut menekankan akan pentingnya menjaga sebuah inside joke agar tidak digunakan secara luas dalam masyarakat.
Oke, terus apa itu inside joke?
Frasa inside joke, menurut definisi Urban Dictionary, adalah sebuah lelucon yang hanya diketahui sekelompok orang. Orang luar tidak akan mengerti faedahnya sebelum ada penjelasan. Terkadang, inside joke adalah sesuatu yang lucu dan tersebar secara luas, tetapi ada pula yang sensitif dan harus disembunyikan rapat-rapat untuk mencegah hal yang tidak diinginkan.
Dalam kasus ini, istilah loli dan lolicon adalah inside joke tersebut. Seperti yang sudah dijelaskan di artikel ini, istilah ini memang sesuai oleh klaim mereka, yakni karakter anak kecil fiksi dalam anime. Meskipun begitu, tidak semua orang dapat menerima klaim ini, karena istilah loli dapat dengan mudahnya disalahgunakan untuk kegiatan pedofilia, salah satunya adalah kasus Loli Candy yang terjadi beberapa bulan silam.
Jika penggunaan kata tersebut masih dalam lingkupnya, yakni sesama penggemar anime, hal ini tentu tidak jadi masalah. Akan tetapi, jika sudah masuk ke dalam masyarakat, orang-orang ini harus menyesuaikan diri kembali, bagaimana mereka harus bertindak dan berbicara.
Indonesia, negara yang menjunjung tinggi kebebasan berpendapat, juga masih lekat dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat, baik dari agama, kesusilaan, dan kesopanan. Seharusnya mereka tahu betul akan hal ini, dan seharusnya lelucon yang ekslusif itu disimpan rapat-rapat. Terlebih mereka bukan lagi anak kecil. Mereka seharusnya tahu mana yang benar dan yang salah.
Terus Saya Harus Gimana?
“Karena nila setitik, rusak susu sebelanga.”
Istilah yang tidak asing ini layak disematkan dalam kasus yang terjadi belakangan ini. Terlebih ini juga salah satu sifat manusia yang cenderung menggeneralisasi suatu hal.
Setelah pelaku berkomentar demikian, pelaku menjadi semakin beringas ketika Nafa Urbach tidak terima anaknya diperlakukan demikian. Dikirimlah gambar loli yang diketahui berasal dari anime bergenreĀ ecchi yang berjudulĀ To-Love-Ru, yang kemudian berakhir dengan ancaman maksimal 6 tahun penjara. Kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi, anime kemudian dianggap masyarakat sebagai sarang pedofilia, meskipun tidak semua anime bermuatan loli. Berbagai acara jejepangan kian diawasi dan dicekal sana-sini, hingga akhirnya dilarang sama sekali. Mimpi buruk bagi semua penggemar anime di Indonesia.
Tentunya kita semua tidak ingin hal ini terjadi. Hal yang harus kita lakukan sebenarnya mudah, yakni menjaga perilaku dalam bermasyarakat, sesuai yang dianjurkan oleh agama masing-masing. Inside joke yang bermuatan negatif sebaiknya disimpan rapat-rapat, jauh lebih baik kalau ditinggalkan. Sebarkan hobi jejepangan secara positif dengan cara berkarya, seperti menggambar, menulis, bernyanyi, menari, atau cara lainnya, dan yang terpenting,
Tinggalkan kamar dan banyak-banyak bergaul dengan masyarakat, karena dunia ini tidak sesempit monitor PC Anda.
Alhasil, anime (dan hobi jejepangan lainnya) semakin dipandang positif di masyarakat, bahkan menarik lebih banyak generasi muda untuk turut serta dalam hobi yang penuh potensi ini.
Tulisan ini adalah opini pribadi dari penulis, tidak mencerminkan pandangan umum Risa Media.Ā Penulisan oleh Excel.