Tidak bisa dipungkiri, hidup setelah beranjak dari usia dua puluh akan terasa mulai berat. Mungkin sebagian dari kalian ada yang sudah mulai melanjutkan studi ke jenjang perguruan tinggi, atau bahkan langsung mulai bekerja penuh waktu. Apa pun langkah yang diambil, saya ucapkan selamat menempuh jalan hidup yang baru.

Mungkin juga di awal-awal kegiatan tersebutkan sebelumnya kalian pasti akan merasa cukup antusias, gembira, dan senang hati. Hari-hari memulai kuliah, bertemu teman baru, bertukar pikiran, bahkan menikmati hidup semi bebas karena kalian sendiri yang akan menentukan kemana akan melangkah.

Begitu-pun bagi mereka yang pertama kali memulai kerja. Bersusah payah melakoni pekerjaan yang dipilih, dapat gaji pertama, belanja dengan uang sendiri, dan semacamnya. Kebahagiaannya sama kok, hanya saja beda versinya.

Semua hal diatas terekspresikan dengan baik oleh Wez Atlas dalam lagunya berjudul Daily Calm yang baru saja rilis beberapa bulan lalu. Kebingungan dalam mengambil tindakan, memikirkan hal-hal yang memang diluar kendali, yang pada kenyataannya memang tidak semua bisa kita atur.

Semuanya membutuhkan masa-masa tenang untuk berpikir jernih dan menarik nafas sejenak, sambil melangkah perlahan memikirkan semua dengan santai namun pasti.

Semuanya Perlahan Berubah..

Seiring berjalannya waktu yang terasa sangat singkat, mulai timbullah rasa lelah. Kebingungan. Kejenuhan luar biasa. Rasa tidak percaya diri, minder akan pencapaian teman sepergaulan atau anak tetangga. Bahkan, mungkin kehampaan hati.

Semua terasa seperti tidak pada tempatnya, seolah kalian merasa tersesat.

Sebelah udah punya pasangan, kita masih sendirian aja. (Getsuyoubi no Tawawa 2)

Itu sudah sering terjadi. Bagi sebagian orang yang peka akan alur kehidupan, itu sangat lumrah. Menandakan mereka sangat siap untuk menghadapi berbagai masalah hidup yang akan dijalani. Ini tentu hal yang baik, namun tak banyak yang memiliki kemampuan tersebut.

Saya juga yakin, beberapa dari kalian pasti tak banyak tahu apa yang harus dilakukan (tak apa. saya juga, kok).

"Have you been lost in your way?"
Yeah, like I'm trapped in a maze
Seems like the whole world is lost
So then I guess I'm okay

("Apakah kamu tersesat dalam jalanmu sendiri?"
Ya, seperti terperangkap dalam labirin
Terasa seisi dunia ini menghilang
Jadi kurasa aku baik-baik saja)

Kebingungan akan apa yang sudah kita lakukan dan efek pengaruh ke keberlangsungan kehidupan kita selanjutnya terkesan membuat kalian merasa 'ini bukan pilihanku'. Seolah-olah keputusan yang dibuat itu tidak mencerminkan apa yang ingin kalian inginkan.

Akibatnya, semua rencana yang sudah disusun mungkin akan tertunda. Malah mungkin juga baru bisa dimulai dan terlambat dari prediksi linimasa yang kalian harapkan. Semuanya menurut pandangan diri kita sendiri seperti 'terlalu lamban', tidak bisa menyesuaikan dengan tuntutan kehidupan yang semakin hari semakin cepat.

Something ain't right
All of these decisions ain't mine
Thinking I was steering, I'm just here for the ride
...
I started late but somehow I still tortoise with the pace

(Ada yang tidak beres
Semua keputusan (yang hadir) ini bukan pilihanku
Kupikir aku yang memegang kendali, (nyatanya) aku hanya mengikuti (alur) berkendaranya)
...
(Aku terlambat memulai tapi entah mengapa aku masih lambat melaju)

Mulai Lelah, Terbebani Banyak Pikiran

Istilah anak gaul sekarang, overthinking. Tentu kalian juga pernah mengalaminya, walaupun itu sesimpel seperti memilih barang yang tepat untuk kebutuhan sehari-hari. Dimana yang pada akhirnya memberikan kesan tidak sesuai dengan ekspektasi yang sudah kalian tentukan sendiri.

Semuanya terasa seperti berlalu begitu cepat. Tiada henti. Membuat kita mau-tak-mau harus memacu diri sendiri untuk menyelesaikan masalah dengan cepat, namun sayangnya hasilnya kurang tepat.

Efek ketidaksesuaian eksekusi kehidupan antara realita dengan ekspektasi ini menimbulkan rasa lelah, tertekan, dan juga terkurung. Bahkan mungkin teman-teman kalian juga merasa lelah dengan cerita soal pikiran kalian yang itu-itu saja. Seperti tidak berkembang, tidak ada perubahan.

It's all getting to be too much
A never ending need to rush
I'm feeling cooped up and I know you can hear it
Sounding like the same old song, different lyrics

(Semua terasa terlalu padat
Rasa terburu-buru tak berkesudahan
Aku merasa terkurung dan aku tahu kau dapat mendengarnya
Terdengar seperti lagu lama yang sama, berbeda liriknya)

Tuntutan kerja salah satu sumber beban overthinking. (Kobayashi-san Chi no Maid Dragon S)

Yang pada akhirnya, kalian akan menyalahkan diri sendiri karena ketidakmampuan mengendalikan permasalahan hidup.

Padahal kenyataannya, tak semua bisa kalian kendalikan sesuai ekspektasi atau keinginan. Ada hal-hal tertentu yang memang sedari awal itu ditentukan oleh faktor eksternal. Sebut saja keberuntungan, uang, dan lain-lain.

Somehow I always blame myself
For things that just can't be helped
Thinking whatever life throws, I could turn into power
But maybe sometimes the lemons are just sour

(Terkadang aku selalu menyalahkan diri sendiri
Untuk hal-hal yang tak bisa dihindari
Memikirkan apapun yang diberikan kehidupan, ku bisa ubah menjadi kekuatan
Namun terkadang rasa jeruk lemon itu masam adanya)

Kita tentu tak bisa memegang kendali penuh akan hal itu. Hanya Tuhan yang tahu. Kalaupun terjadi di luar ekspektasi? Ya sudah. Setidaknya kalian sudah berusaha semampu dan sekuat yang disanggupi.

Bukan Berarti Pasrah Juga dengan Keadaan

Setelah kalian mengetahui bahwa memang kejadian itu di luar dugaan, itu juga bukan sebuah pertanda 'memasrahkan diri sepenuhnya sambil bermalas-malasan'.

Nggak gitu juga.

Seenggaknya yang perlu kalian lakukan itu tetap berusaha. Improvisasi semampunya, pelan namun pasti. Tak apa bila memang gagal sesekali, toh namanya juga mengubah diri menjadi lebih baik.

Ada benarnya juga kamu terkadang merasa terganggu akan satu kekurangan sekecil apapun, itu normal. Tapi juga jangan sampai berpikir berlebihan kalau semua hal jelek hanya menimpa dirimu.

Semua orang punya masalahnya sendiri-sendiri. Mengandalkan alasan "adu nasib" juga kurang pantas, karena takaran masalah setiap orang berbeda-beda.

I find myself irritated by the smallest things
Like "why does bad shit always gotta happen to me?"
It's all trivial compared to everything on TV, yeah I know that

(Ku merasa terganggu dengan hal-hal kecil
(memikirkannya) Seperti "Kenapa hal jelek sering menimpa diriku?"
Semuanya itu tidaklah berharga dibandingkan apa pun di layar kaca, iya aku tahu)
Butek? Tak apa beristirahat. (Oyasumi Punpun)

Setiap permasalahan berbeda-beda, tapi ya namanya juga waktu kan tidak ada yang tahu kapan masalah muncul ke permukaan. Hal yang diperlukan hanyalah ketenangan sesaat.

Maybe it's a sign of these crazy ass times
Either way I need my daily calm

(Mungkin itu hanyalah pertanda masa-masa yang (terlalu) berlebihan
Bagaimanapun aku butuh ketenangan harian)

Menepi, tarik nafas perlahan, dan atur ritme kehidupanmu. Susun strategi lebih baik lain hari. Kalau sudah menjelang malam? Tidurlah. Badan serta pikiranmu layak mendapatkannya.

When I look outside, gray is all I see
Looming over me
But when I close my eyes,
It's where I wanna be, slowly as I breathe

(Ketika aku melihat keluar, mendung yang bisa kulihat
Menyelimuti sekelilingku
Tapi ketika ku menutup mata,
Disitulah seharusnya aku ingin berada, perlahan seirama dengan tarikan nafasku)

Lagunya memang tidaklah terlalu jejepangan (lagi) untuk kali ini. Namun memang ada benarnya, menjelang usia dua puluh lima itu memang sangat menyebalkan.

Semua hal yang terjadi sebelum beranjak seperempat abad ini terlukis jelas dalam setiap lirik lagu ini. Saya rasa memang layak untuk dibagikan bersama kalian sembari merenung sejenak dan tetap mencoba melangkah lebih baik.

Yuk, bisa yuk.