Di ujung barat Inazuma, ada sebuah pulau yang bernama Watatsumi. Pemandangannya sangat indah. Mulai dari perairan yang luas, gua bawah laut yang menawan, hingga istana kerang yang megah. Di istana inilah tempat Sangonomiya Kokomi tinggal, seorang pendeta sekaligus ahli strategi di pulau tersebut.

Karena Watatsumi sangat jauh dari wilayah pusat Shogun (Narukami Island), orang-orang di pulau Watatsumi memiliki sistem kepercayaan tersendiri. Alih-alih menyembah Raiden Shogun, mereka menyembah Orobashi, dewa ular yang mati ditebas Raiden Shogun ribuan tahun lalu.

Bagi warga Watatsumi, Orobashi adalah dewa yang sangat berjasa. Ia mengangkat mereka dari dasar laut, dan kemudian mengajarkan mereka bertani dan membuat senjata. Terbunuhnya Orobashi menciptakan dendam yang amat mendalam bagi mereka yang menyembahnya. Sayangnya, hegemoni Raiden Shogun akan seluruh pulau di Inazuma membuat mereka tak bisa berbuat apa-apa.

Orobashi, dewa yang disembah penduduk Watatsumi.

Namun, mereka kini tak lagi berdiam diri. Munculnya kebijakan pengambilan Vision di Inazuma melahirkan semangat baru bagi mereka yang tak ingin direnggut ambisinya. Sangonomiya Resistance (selanjutnya disebut Resistance) didirikan, dengan tujuan untuk melawan kebijakan Vision Hunt Decree yang dicanangkan oleh Raiden Shogun.

Pihak Shogun (selanjutnya disebut Shogunate) tentu tak tinggal diam. Tenryou Commission, badan perwakilan Shogun yang mengurus pertahanan dan keamanan, melancarkan operasi militer untuk menumpas pasukan pemberontak. Mereka yang dulunya sesama rakyat Inazuma kini harus berperang dengan sesamanya.

Dendam Lama Bersemi Kembali

Perang antara pasukan Shogun dan Sangonomiya bukanlah yang pertama. Di zaman perang Archon, perang besar pernah meletus di antara keduanya, setelah Orobashi menyerang wilayah Shogun dan menewaskan Sasayuri dalam prosesnya. Terpukul atas tewasnya Sasayuri, Baal, Raiden Shogun pertama, melancarkan serangan Musou no Hitotachi kepada Orobashi. Sisa tebasan dan tulang belulangnya masih terlihat jelas di pulau Yashiori.

Setelah perang berakhir, warga Watatsumi mengakui Raiden Shogun sebagai penguasa pulau. Namun, mereka tetap menyembah Orobashi dan mempertahankan budaya mereka. Meskipun Raiden Shogun, baik Baal maupun Beelzebul, tidak mengusik mereka, warga Watatsumi masih takut bahwa budaya dan kepercayaan mereka akan diberangus suatu hari nanti.

Jadi, perang antara Shogunate dan Resistance bukan hanya semata-mata melawan kebijakan Vision Hunt Decree. Pihak Resistance juga ingin menjamin keberlangsungan budaya dan kepercayaan di Watatsumi dan hidup berdampingan dengan rezim Shogun.

Adu Kekuatan Shogunate vs Resistance

Raiden Shogun, yang mempunyai kekuasaan atas seluruh tanah Inazuma, mempercayakan urusan pertahanan dan keamanan kepada Tenryou Commission. Dikepalai oleh klan Kujou, mereka mempunyai markas di wilayah Kannazuka, Inazuma tengah. Kujou Masahito, putra tertua dari kepala klan Kujou Takayuki, menjadi komandan di markas tersebut.

Kujou Sara dan pasukan Shogunate.

Salah satu jendral andalan Shogunate adalah Kujou Sara. Seorang tengu yang diangkat anak oleh Kujou Takayuki, Kujou Sara sangat loyal pada Shogun, klan Kujou, dan segala kebijakannya. Ia tak ragu memimpin pasukannya ke garis depan.

Di lain pihak, Resistance menempatkan pasukannya di Fort Fujitou, pulau Yashiori. Komandan markasnya adalah Kaida Ryouma, mantan pasukan Shogun yang membelot. Komposisi pasukannya juga beragam, tidak hanya dari Watatsumi saja. Kaida Ryouma sendiri berasal dari pulau Narukami, sedangkan Miyazaki Saburou, sang pandai besi, berasal dari Tatarasuna. Ada juga Nathan, pasukan Resistance yang berasal dari Mondstadt.

Gorou dan pasukan Resistance.

Bicara soal jumlah pasukan, Resistance jelas kalah telak dari Shogunate. Namun, mereka memiliki Sangonomiya Kokomi, sang pendeta yang juga ahli strategi, dan Gorou, jendral Resistance di garis depan. Setelah menjadi buron di Inazuma, Traveler juga ikut bergabung dengan Resistance. Pengalaman Traveler menyelamatkan Mondstadt dan Liyue turut membangkitkan moril pasukan Resistance.

Perang Shogunate vs Resistance Ulah Fatui?

Masih ingat Mikhail dan Lyudmila, duo agen Fatui yang nongkrong di depan teleport Mondstadt? Mereka mempunyai pendapat terkait situasi di Inazuma. Menurutnya, Inazuma yang kacau dapat menjadi kesempatan bagi Fatui untuk melancarkan aksinya.

Benar saja, Fatui berada di balik semua kekacauan ini. Kebijakan Vision Hunt Decree sebenarnya adalah ide dari Fatui. Mereka menghasut Tenryou Commission untuk melancarkan kebijakan ini atas nama Raiden Shogun, agar Fatui dapat menjual Delusion untuk warga Inazuma. Tenryou Commission juga membuat laporan palsu untuk Raiden Shogun, bahwa Vision Hunt Decree berjalan dengan sukses. Tidak ada satu kata pun yang menyebutkan perang dan penderitaan.

Teppei, salah satu korban Delusion yang dibagikan Fatui.

Di sisi lain, Fatui juga turut menyokong Resistance. Fatui membagikan Delusion ke prajurit Resistance agar mereka menjadi lebih kuat. Sayangnya, Delusion ini memberikan efek penuaan dini dan kematian, di mana Teppei adalah salah satu korbannya.

Tidak sampai di situ, mereka juga menempatkan Nathan, agen Fatui di pasukan Resistance. Nathan ditugaskan untuk melakukan sabotase agar perang menjadi semakin lama. Salah satu ulahnya adalah melepaskan kekuatan Tatarigami, dan kemudian melempar kesalahan kepada Sangonomiya. Akibatnya, pulau Yashiori tak dapat dihuni, dan orang-orang di sana menjadi gila. Inilah insiden yang memulai perang Shogunate vs Resistance.

Untungnya, kedua belah pihak masih dapat mencegah pengaruh Fatui menyebar lebih jauh. Kokomi langsung memerintahkan seluruh pasukannya agar berhenti menggunakan Delusion. Kujou Sara menantang sang ayah angkat tentang kolusinya dengan Fatui dan menutupi realita perang dari Raiden Shogun.

Lelah akan Perang Berkepanjangan

Saat ini, kedudukan pasukan Shogunate maupun Resistance di garis bisa dikatakan imbang. Pasukan Shogunate disiagakan di beberapa titik di Yashiori, di mana hal yang sama juga dilakukan oleh Resistance di Tatarasuna. Sempat unggul dalam pertempuran sebelumnya, pasukan Shogunate di Nazuchi Beach mundur setelah dikalahkan oleh Resistance.

Sampai pada titik ini, pihak Resistance sebenarnya sudah lelah akan perang. Kokomi sempat membahas tentang kurangnya sumber daya untuk pasukan di garis depan, baik jumlah prajurit maupun makanan. Sebagaimana halnya pengalaman di dunia nyata, perang panjang membutuhkan sumber daya yang besar, sesuatu yang tak disanggupi oleh Resistance.

Pihak Shogunate juga mengeluhkan hal yang sama. Meskipun mereka menang jumlah dalam hal pasukan, perang berkepanjangan akan membahayakan ekonomi Inazuma. Terlebih saat skandal kolusi klan Kujou dengan Fatui mengemuka di publik, pamor klan Kujou semakin menurun. Dengan kondisi Tenryou Commission yang tidak stabil, bukan tidak mungkin moril pasukan di garis depan turut berpengaruh.

Untuk membuktikan argumen di atas, kami telah mengambil dialog dari sejumlah NPC dari kedua belah pihak. Sebagian besar dari mereka adalah pasukan di garis depan.

Hasil riset melalui dialog NPC di Inazuma terkait perang Shogunate vs Resistance.

Dari dialog dengan 19 NPC, pasukan Resistance cenderung lebih optimis dengan jalannya perang, di mana pasukan Shogunate cenderung lebih pesimis. 3 NPC (Ono, Ogura Yuu, Moriguchi) menyuarakan keresahan mereka tentang kehidupan pribadinya yang terputus akibat perang.

Akhir dari Perang

Vision Hunt Decree akhirnya dicabut. Namun, hal ini juga melemahkan tujuan Resistance untuk melanjutkan perang. Jika mereka sampai melanjutkan perang, bukan tak mungkin Sangonomiya kehilangan dukungan dari rakyatnya.

Di lain pihak, pasukan Shogunate juga tidak punya tujuan untuk melanjutkan perang. Terlebih, Kujou Sara sudah tahu akan tingkah busuk tetua klannya: melancarkan perburuan Vision dan perang melawan Resistance demi keuntungan pribadi.

Jalan damai menjadi satu-satunya langkah untuk mengakhiri perang berkepanjangan. Baik pihak Shogunate maupun Resistance sudah mempertimbangkan opsi ini. Agar proses damai bisa berjalan dengan lancar, kedua belah pihak harus mengerti satu sama lain. Traveler tampaknya adalah tokoh yang tepat untuk mediasi antara pihak Shogunate dengan Resistance, mengingat statusnya sebagai anggota Resistance dan keberhasilannya meyakinkan Raiden Shogun untuk mencabut kebijakan Vision.

Perjalanan Traveler di Inazuma masih belum selesai. Sakoku Decree masih dijalankan. Perang masih berlanjut hingga saat ini. Setidaknya, ia tak lagi menjadi buron, sehingga ia dapat menjalin hubungan baik dengan pihak Shogunate maupun Resistance. Dengan lindungan Narukami Ogosho dan bantuan Traveler, saya yakin Inazuma akan memiliki masa depan cerah.