Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja dan Sosial Jepang pada Juni 2021 lalu, bekerja sama dengan Kodansha, menerbitkan chapter terbaru Cells At Work! yang berfokus pada virus Covid-19. Dua chapter terbaru tersebut diciptakan untuk memberikan pemahaman mendalam terhadap virus Corona serta menunjukkan apresiasi bagi pekerja medis garis depan di Jepang. Chapter ini dapat dinikmati secara gratis di kanal YouTube, フル☆アニメTV.

Melihat dari contoh tadi seolah membuka pikiran kita: apakah manga mampu mempromosikan kesehatan? Tak hanya mempromosikan, tapi bisa mengubah perilaku yang tak sehat. Seperti dilansir oleh Elihu Katz (1950) dalam teori Uses and Grats, bahwa media mampu memengaruhi pesertanya. Dalam teori Katz ini, penonton itu pasif. Mereka memutuskan media mana yang ingin digunakan dan apa efek yang mereka inginkan dari media yang dikonsumsi tersebut.

Berpegang pada konsep tersebut, Media yang menarik mampu untuk menggiring massa, mengonsumsi media tersebut lalu, menciptakan efek pada orang yang melihatnya. Anime dan manga adalah sebuah media masa kini yang telah banyak diketahui dan terbukti punya dampak sosial bagi peminatnya. Yang artinya, menciptakan sebuah manga dengan menyisipkan sebuah pesan yang positif, contohnya kesehatan, bisa dianggap sebuah taktik jitu untuk mengarahkan kehidupan ke arah yang lebih baik.

Di Jepang sendiri sejak akhir 2017, angka penuaanya mencapai 27,7%. Angka ini merupakan yang paling besar di dunia. Sementara itu pula, resiko demensia di negara tersebut membuat sebagian penduduknya dalam penghindaran kebiasaan baik dan pemilihan kebiasan buruk lebih besar daripada sebaliknya. Masalah sosial Jepang tak hanya sampai di sini aslinya dan masih banyak yang bisa disebutkan. Lantas, apakah manga bisa membantu meningkatkan masalah-masalah kesehatan yang melanda Jepang ini?

Anime dan Manga dalam Meningkatkan Pemahaman Medis

Menurut pada hasil dari Japan Society for Educational Technology Conference atau disingkat sebagai Konferensi JSET, Manga memiliki kesempatan bagi penikmatnya untuk mengalami peristiwa tertentu, seolah mereka mampu berinteraksi dengan karakter yang tertuang di dalam teks. Pembaca dapat menghubungkan karakter dengan pengalaman hidup mereka sendiri dengan menyambungkan berbagai karakter dan plot dinamis. Hal ini juga bisa dilakukan untuk memperdalam pemahaman medis

Manga menggunakan teks dan gambar yang kompleks untuk berinteraksi dan secara efektik, yang berarti mampu mengutarakan pesan serta meningkatkan motivasi dari pembacanya. Para mahasiswa dari Universitas Tokyo melakukan sebuah survei internet terhadap karakteristik manga kesehatan dan berhasil menemukan 173 manga kesehatan yang sudah diterbitkan. Manga pertama terkait kesehatan pertama terbit oleh Osamu Tezuka pada tahun 1970. Pada tahun 1980an, terdapat peningkatan dan terus meningkat hingga saat ini dan terbukti mampu masyarakat dalam meningkatkan kesadaran pada kesehatan.

Berdasarkan dari National Stroke Association dan The Japan Stroke Society menyatakan bahwa penyampaian mereka terhadap penjelasan penyakit stroke melalui manga dan anime berhasil dilakukan. Sekelompok dokter medis Jepang memproduksi sebuah anime dan manga dalam rangka mendidik siswa dan siswi SMP serta SD tentang risiko stroke termasuk tanda dan gejalanya. Sekitar 219 anak usia 10 hingga 11 tahun mendapatkan pengetahuan mereka terkait penyakit tersebut.

Salah satu panel dari Manga yang dijadikan eksperimen penelitian

Hasil lain juga ditunjukkan oleh American Chemical Society and Division of Chemical Education, Inc terhadap peningkatan pemaham perilaku keselamatan bahan kimia. Universitas dari tiga negara yaitu Jepang, Taiwan, dan Thailand melakukan sebuah tes dengan menggunakan manga disertai dengan plot terkait perilakuk keselamatan bahan kimia. Sekitar 80% dari ketiga universitas tersebut,\ menyatakan bahwa manga tersebut membantu mereka dan mampu dijadikan sebagai preferensi mereka.

Anime, Manga, dan Mengatasi Masalah Kesehatan

Pemahaman memang bisa ditanamkan lewat manga dan anime, namun apakah mampu untuk mengubah sepenuhnya perilaku kesehtan yang buruk? Dalam penerbitan manga sendiri, melibatkan tiga teori psikologis dan perilaku: teori kognitif sosial yang melibatkan model, Metode naratif atau bercerita untuk meningkatkan penerimaan, dan efek grafis untuk mencapai pemahaman sensorik.

Manga adalah subkultur Jepang modern yang penting. Dari perspektif teori perilaku psikologis dan latar belakang budaya, promosi kesehatan lewat manga dirasa mampu untuk diterima bagi kelompok literasi kesehatan rendah di Jepang. Sekelompok mahasiswa dari Fakultas Kemanusiaan, Universitas Sophia, Tokyo melakukan sebuah penelitian untuk mengkonfirmasi efek positif dari manga promosi kesehatan dengan fokus pada peningkatan aktivitas fisik dan makan sehat untuk pasien yang memiliki sindrom metabolis.

Manga yang digunakan dalam promosi kesehatan terhadap pengidap sindrom metabolis

Penelitian dilakukan dengan menargetkan sebanyak 12 orang yang berasal dari kalangan pria dan wanita dewasa sekitar umur 40-70. Pengembangan manga didasarkan pada tiga teori hiburan. Selain itu, konten dikembangkan menggunakan model modifikasi. Pengembangan manga promosi kesehatan, termasuk penyuntingan ilustrasi dan tata letak, dikelola oleh sebuah perusahaan penerbitan di Jepang. Direktur publikasi bertindak sebagai perantara antara penulis pertama dan ilustrator profesional. Mangaka memutuskan jalan cerita dan tokoh protagonis.

Hasil dari penelitian berhasil menunjukkan perubahan positif yang signifikan dalam perilaku makan sehat dan peningkatan aktivitas fisik para target. Total Jumlah yang dihasilkan mendapatkan angka sebanyak 0.47, yang mana ini menunjukkan ukuran efek yang besar. Peserta dalam penelitian tersebut tampaknya juga menunjukkan minat tinggi dalam promosi kesehatan dan partisipasi dalam perubahan fisik sehari-hari, meskipun mereka memiliki sindrom metabolis.

Meskipun terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian seperti bias cuaca dan pembuktian lebih mendalam untuk argumentasi, temuan ini berhasil berkontribusi untuk memfasilitasi penggunaan manga dalam promosi kesehatan di Jepang. Dengan berbagai penelitian serta bukti yang dilakukan di lapangan oleh para pelaku kesehatan ini, tak dapat dipungkiri bahwa manga memang mampu untuk meningkatkan kehidupan sehat terutama, di negara Jepang yang masih memiliki banyak ketimpangan kesehatan.