Untuk Anda yang sudah sering bolak-balik berjualan di festival kreatif, baik itu Comifuro, Pakoban, atau lainnya, tentu Anda familiar dengan carut marutnya percetakan. Mau cetak buku untuk dijual, harus pergi ke percetakan dulu. Belum lagi menunggu waktu, apalagi kalau percetakan lagi rame. Biaya yang dikeluarkan untuk mencetak tentunya juga tak sedikit.

Selesai buku dicetak, tentu juga Anda harus membawanya ke acara. Kalau cuma belasan buku, harusnya tak masalah. Bayangkan kalau itu seratus. Belum lagi harus mengira-ngira mau cetak berapa buku. Kalau terlalu banyak, takut rugi. Kalau terlalu sedikit, tidak bisa untung besar.

Pusing? Tenang, Wibuverse punya solusinya.

Wibuverse, Platform Jualan Karya Digital

Melihat akan situasi ini, tim Wibuverse melihat peluang. Bagaimana jika kreator dapat menggunakan sebuah platform, di mana mereka dapat menjual karya mereka secara digital, alih-alih harus mencetaknya dalam bentuk fisik?

Memang, ada beberapa aspek yang membuat buku fisik tak ditinggalkan begitu saja. Rupanya yang menawan, semerbak kertas-kertas di dalamnya saat dibuka segel plastiknya, belum lagi rasa bangga dan kagum bila memegang dan memilikinya. Meskipun demikian, prosesnya yang rumit justru menjadi hambatan besar untuk kreator, khususnya kreator yang tidak punya banyak modal, jauh dari kota-kota besar, atau keduanya.

Inilah keunggulan menjual buku fisik vs buku digital.

Di Wibuverse, buku-buku karya kreator dijual secara digital. Kreator tinggal mengunggah softcopy buku mereka ke Wibuverse, untuk kemudian dikurasi dan diterbitkan. Tidak perlu keluar biaya, waktu, dan tenaga untuk mencetak. Pembaca tinggal membeli dan mengunduh buku-buku tersebut di Wibuverse. Tidak perlu jauh-jauh datang ke event. Hemat waktu dan biaya untuk pembaca juga!

Harapannya, Wibuverse ini mampu mewujudkan mereka yang ingin mencari pundi-pundi uang dengan komik, atau bahkan menjadikannya sebagai mata pencaharian utama. Tak perlu pusing dengan biaya cetak dan logistik, hemat pengeluaran, untung maksimal!

Wibuverse, Mudah Pakainya

Saat mencoba cara-cara baru untuk melakukan sesuatu, selalu terbesit pertanyaan ini. Ribet gak ya pakainya? Apa pembaca akan kesulitan menggunakannya? Wibuverse sudah punya jawabannya: sama sekali tidak sulit.

Masih ragu ingin beli? Bisa dibaca dulu deskripsi dan previewnya.

Rupa depan aplikasi ini dibuat menyerupai toko-toko online yang biasa Anda kunjungi untuk berbelanja. Fitur-fitur familiar seperti wishlist, keranjang belanja, deskripsi, dan komentar juga tersedia. Selain itu, ada juga fitur tambahan di Wibuverse, yakni Preview. Pengunjung bisa melihat cuplikan 4-5 halaman yang menarik dari bukumu sebelum memutuskan untuk membeli.

Dukung Wibuverse di Patreon!

Saat, ini situs Wibuverse masih dalam tahap pengerjaan. Jika tak ada aral melintang, closed beta sudah bisa dilakukan bulan Juli 2020 mendatang.

Seperti halnya sebuah bisnis yang baru merintis, Wibuverse butuh dukungan dari kalian, khususnya dalam segi psikologis dan finansial. Oleh karena itu, Wibuverse membuka kolom dukungan di Patreon miliknya. Ada tiga level dukungan yang dapat dipilih, dan semua ada benefitnya.

Dukung Wibuverse via Patreon dan dapatkan keuntungannya!

Level termurah adalah Chotto a minute!!. Hanya dengan membayar $2 saja per bulan, Anda akan mendapatkan informasi terbaru pengerjaan situs Wibuverse. Selain itu, Anda juga bisa mendapatkan akses karya animasi bulanan dari CptNameless, lebih cepat daripada yang lain. Anda juga akan mendapatkan stiker LINE Wibuverse karya Soyatu. Stiker ini menggambarkan karakter Mikan, maskot Wibuverse, lengkap dengan kata-kata bahasa Jepang campur Inggris, seperti arigathanks dan eatadakimasu.

Jika membayar $5 per bulan, selain tiga keuntungan di atas, Anda juga akan mendapatkan wallpaper spesial Mikan untuk menghiasi ponsel Anda. Tambah $5 lagi ($10 per bulan), dan nama Anda akan terpatri abadi (baca: dicantumkan) di karya animasi Wibuverse!

Semoga dengan adanya Wibuverse ini, industri pop kultur di Indonesia bisa berkembang realitis dan berkelanjutan. Kalau tidak ada yang mulai, ya siapa lagi?