Memulai debutnya di tahun 2007, Hatsune Miku adalah karakter Vocaloid yang paling digemari. Kehadirannya sukses menjembatani anak-anak dan remaja seluruh dunia menjadi penggemar anime. Tidak terkecuali Indonesia, di mana banyak wibu pemula menjadikan Miku sebagai waifu pertamanya. Tak heran pula jika Miku mendapat julukan “waifu sejuta umat”. Dari Miku, para wibu mengenal kembar Kagamine, Megurine Luka, Meiko, Kaito, dan lagu-lagu yang mereka bawakan. Kelihatannya, basis penggemar Vocaloid Indonesia sudah siap akan sebuah kabar gembira.

Kabar gembira tersebut datang di tahun 2014, di mana Indonesia menjadi negara pertama yang disinggahi Miku dalam turnya keliling dunia. Basis penggemar Vocaloid yang sangat militan di Indonesia kala itu membuatnya menang dalam polling internasional. Segenap wibu Indonesia bersorak gembira, sampai pihak Miku EXPO mengumumkan tempat, tanggal, dan harga acara.

“Mending Nonton di Youtube Aja”

Miku EXPO 2014 diselenggarakan di Jakarta Convention Center, tanggal 28 dan 29 Mei 2014. Harga tiketnya bervariasi, berkisar dari Rp 300.000 hingga Rp 2.000.000. Pengumuman harga ini menimbulkan kekecewaan di kalangan wibu, menilai harga tersebut terlalu mahal. Mereka urung datang dan lebih memilih untuk menonton bajakannya di Youtube.

Komentar bernada sinis ini menjadi drama serius di kalangan wibu Indonesia kala itu. Sebagian menghujat “kaum bajakan” ini, karena mereka bukan penggemar sejati dan hanya merusak nama baik Indonesia. Sebagian lagi khawatir jika konsernya akan sepi, sehingga Hatsune Miku enggan balik ke Indonesia lagi. Tidak sedikit yang membandingkan harga konsernya dengan konser Miku di negara lain. Menurut mereka, konser Miku di Indonesia masih lebih murah dibandingkan dengan negara lain, dan pengalaman yang ditawarkan sudah sangat sepadan dengan harganya.

Karya: Chibi Cyu

Seorang illustrator bernama Chibi Cyu turut membuat komik singkat tentang drama ini. Ia prihatin akan “penggemar Vocaloid” Indonesia yang memilih untuk menonton konser Miku secara ilegal. Kejadian ini membuat Miku sangat sedih, tetapi ia menjadi terhibur karena masih ada penggemar sejati yang memberikan dukungan untuknya. Komik yang dibuat pada tanggal 11 Mei 2014 ini telah dibagikan sebanyak 977 kali.

Segala Tentang Vocaloid Ada Di Sini

Penasaran akan euforia Hatsune Miku di Indonesia, penulis berkesempatan untuk menghadiri konser “sekali seumur hidup” ini. Kebetulan, penulis mendapatkan potongan harga 50% saat membeli tiketnya di 7-Eleven, yang kala itu masih eksis di Indonesia.

Figur 1:1 Miku bersayap yang didatangkan langsung dari Jepang.

Miku EXPO 2014 dibagi menjadi dua segmen, yakni Exhibition dan Concert. Exhibition adalah tempat di mana segala hal tentang Vocaloid dipertunjukkan. Merchandise resmi, berfoto dengan kostum Miku, hingga figur Miku skala 1:1 bersayap yang didatangkan langsung dari Jepang. Permainan kartu bertema Miku dari Bushiroad, juga Virtual Singer Software dari Piapro unjuk gigi dalam pameran ini. Pengunjung tampak antusias mengunjungi satu demi satu stan yang ada.

Hari semakin gelap, dan pengunjung yang datang semakin banyak. Mereka berbaris, mengantri untuk masuk ke ruang konser. Mereka membawa lightstick yang juga dijual di pameran, agar sensasi menonton konser semakin terasa. Sesampainya di dalam, penonton dengan tiket termurah berdiri di belakang, sementara kelas di atasnya mendapatkan tempat duduk. Riuh penonton semakin nyaring saat Hatsune Miku menampakkan diri dalam bentuk hologram. Sebuah pengalaman langka di Indonesia, di mana Anda menonton konser tanpa wujud manusia asli. Penonton turut bernyanyi dan mengayunkan lightstick, mengikuti irama lagu.

Sebagai negara pertama di luar Jepang yang dikunjungi Miku, ia tak lupa menyapa penggemar dengan bahasa Indonesia. Suasana ruang konser mendadak bergemuruh. Tidak hanya itu, Miku juga turut menyanyikan lagu “Venus di Ujung Jari” dalam bahasa Indonesia. Riuh penonton tetap terjaga hingga akhir acara, meninggalkan kesan bahagia bagi mereka yang menikmati.

Euforia Berujung Jera?

Meskipun perhelatan Miku EXPO sendiri berjalan tanpa kendala di hari H, beberapa pertanyaan besar masih tersisa di kalangan wibu Indonesia. Apakah Hatsune Miku akan kembali ke Indonesia suatu hari nanti? Apakah drama ini membuat Hatsune Miku kapok untuk kembali mengadakan konser di Indonesia? Bagaimana bisa sebuah acara yang mendapatkan dukungan luas, tidak mendapatkan jumlah penonton yang diharapkan?

Sebagai permulaan, kondisi ekonomi mayoritas wibu Indonesia pada masa itu, bahkan hingga saat ini, cenderung lebih sensitif akan harga. Mereka belum mempunyai pendapatan sendiri dan masih bergantung dari sisa uang jajan. Hal ini juga menjelaskan kenapa festival jejepangan murah meriah seperti Mangga Dua dan PRJ laris, tapi Anime Festival Asia hengkang dari Indonesia tahun 2018. Selain itu, pemilihan tanggal konser di akhir Mei juga menjadi alasan. Anak sekolah menjalankan ujian akhir di akhir Mei, sedangkan anak kuliah sedang berjuang menghidupi tanggal tua.

Pengumuman Miku EXPO 2017 di Kuala Lumpur, Malaysia.

Jika Miku EXPO 2014 berakhir dengan jera, lain halnya dengan Miku EXPO 2017 di Kuala Lumpur. Seluruh tiket konser terjual habis, dan jumlah penonton yang hadir pun jauh lebih ramai. Selain dua faktor di atas, ada satu lagi faktor yang tidak dimiliki Jakarta: faktor geografis. Hal ini terlihat dari penonton konser yang datang dari berbagai penjuru. Posisi Kuala Lumpur yang berada di tengah-tengah basis penggemar Vocaloid, dengan harga yang tidak jauh berbeda dengan di Jakarta, membuat penggemar dari Malaysia, Singapura, Thailand, bahkan Indonesia, datang menonton konsernya.

Lima tahun sudah berlalu semenjak debut Hatsune Miku di luar Jepang. Sampai saat ini, belum ada kabar kembalinya Miku ke Indonesia. Terlepas dari segala drama yang ada, Indonesia telah mendapat sebuah kehormatan yang tidak dimiliki tempat lain. Menjadi yang pertama, menjadi bahan evaluasi untuk selanjutnya, menjadi titik awal Hatsune Miku menyapa penggemarnya di seluruh dunia. Semuanya berawal di Jakarta, ibukota Indonesia.

Tulisan ini adalah opini pribadi dari penulis, tidak mencerminkan pandangan umum Risa Media. Penulisan oleh Excel Coananda.