Manga karangan Tatsuki Fujimoto yang sempat menjadi perbincangan beberapa waktu, Chainsaw Man baru saja menyelesaikan paruh pertama ceritanya pada Desember 2020 lalu. Manga yang terbit pada Desember 2018 ini, juga dikabarkan akan melanjutkan paruh kedua ceritanya dan akan mendapatkan adaptasi anime yang digarap oleh studio animasi MAPPA sesuai pada pernyataan yang diumumkan pada Jump Festa ’21 yang diadakan secara online pada tanggal 19 hingga 20 Desemeber 2020 lalu.

Tak hanya itu, segudang prestasi juga berhasil diraih oleh manga ini. Pada tanggal Januari 2021, CSM telah menjual sebanyak 6.4 juta salinan komiknya dan memenangkan penghargaan Shogakukan Manga Award ke-66 pada kategori Shonen bersamaan dengan Manga Karakai Jozu no Takagi-San ciptaan Soichiro Yamamoto. Kono Manga ga Sugoi! pun juga menempatkan CSM di urutan pertama dalam kategori Best Manga of 2021 for Male readers.

Banyak yang memuji serta mengkritisi tentang manga ini lewat beberapa poin seperti storytelling, gambaran kekerasan, dan Dark Humor yang disajikan. Dengan beberapa poin tersebut, banyak yang beranggapan bahwa CSM 'salah jurusan' yaitu, bukan untuk pembaca remaja atau Shonen tapi, untuk pembaca yang lebih dewasa atau Seinen. Tak sedikit pula, yang berspekulasi bahwa CSM membawa arah baru bagi genre Shonen. Tapi, benarkah itu?

Dibawah ini akan menjelaskan sedikit beberapa poin tentang apa yang dilakukan berbeda oleh Chainsaw Man terhadap genre Shonen sehingga memunculkan spekulasi ‘Salah Jurusan’ dan merubah arah genre shonen.

[Peringatan. Artikel mengandung spoiler.]

Kisah berpusat pada Denji, remaja miskin yang terlilit banyak hutang yang ditinggalkan sang ayah dan memiliki anjing peliharaan bernama Pochita yang merupakan sang Chainsaw Devil. Bersama dengannya, mereka menghabisi iblis demi melunasi hutang sang ayah. Motivasi yang dimiliki sang karakter utama bukanlah ingin menjadi raja dari sesuatu atau hal-hal megah lainnya seperti protagonis Shonen kebanyak, Denji hanya ingin makan tiga kali sehari, tidur di kasur, punya teman dan bisa menyentuh dada wanita.

Keinginan yang sederhana tapi, realistis dan bisa dimengerti oleh orang-orang. Mungkin jika ada bagian yang cukup remaja dari manga ini adalah sikap Denji yang terbilang jujur ini terutama terhadap bagian keinginan seksualnya karena, tiap remaja setidaknya pernah berpikir seperti Denji yaitu, ingin melakukan kegiatan seksual di umur puber ini. Detail kecil seperti ini memang jarang atau bahkan tidak digunakan dalam genre shonen terutama manga yang dipublikasikan Weekly Shonen Jump sehingga, membawa spekulasi ‘Salah Jurusan’. Tapi kenyataannya, Fujimoto hanya membuat Denji bisa dirasakan seperti orang sungguhan lewat detail kecil ini.

Sudah seharusnya manga shonen membawakan kisah penuh nuansa harapan, perjuangan, pertemanan, serta kisah cinta manis yang terus berkembang setiap chapter-nya. Sangat cocok bagi para remaja pemimpi yang mencari jati diri dan inspirasi dalam hidup tapi, hal semacam itu tidak akan bisa ditemui di Chainsaw Man.

Manga Shonen, terutama jika diterbitkan dalam majalah Shonen Jump sebagai manga aksi, selalu berfokus pada formula Big 3 Shonen (One Piece, Naruto, Bleach). Tetapi, alih-alih mengikuti tren, CSM memilih rute berbeda atau bisa dibilang berani pada masa sekarang ini. Itulah sebabnya kenapa ada spekulasi bahwa CSM membawa arah baru dalam genre Shonen sementara aslinya, CSM hanya kembali ke formula klasik. Formula yang digunakan CSM mirip sepeti Manga Dark Shonen tahun 90an kebawah seperti contohnya Devilman dan Hokuto no Ken.

Salah satu kemiripan adalah plot twist yang disuguhkan. Ambillah satu contoh plot twist yaitu, terhadap kematian Heroine. Sudah menjadi aturan tersendiri bahwa Heroine utama tidak boleh mati (setidaknya sampai akhir cerita) tapi, aturan ada untuk dilanggar dan dilanggar dengan cara paling sadis yang bisa dibayangkan, terutama dalam genre Shonen. Miki Makimura dari Devilman mati dengan cara dipotong dan diarak oleh umat manusia yang berusaha Akira, sang Devilman ingin lindungi. Sementara itu, Power dari CSM mati dengan cara dibunuh oleh heroine utama lain yaitu, Makima secara tiba-tiba di hadapan Denji saat mengantarkan kue ulang tahunnya. Sangat sadis, bukan?

Power terbunuh secara brutal oleh Makima di hadapan sang protagonis, Denji

Tak ada satupun manga, bahkan Big 3, yang mau melakukan hal ini karen tentu saja, mampu membuat pembaca enggan membaca manga mereka. Fujimoto sepertinya berani ambil resiko demi memberikan pengalaman berbeda yang sudah jarang ditemui di manga shonen dan Hasilnya bisa dirasakan sendiri oleh para pembaca bahkan, istri Fujimoto-pun sempat dibuat down oleh kematian heroine ini. Meski begitu, CSM masih mampu menggaet pembacanya atau bahkan meningkatkan jumlah pembacanya.

Tentu saja tidak ketinggalan adalah visual dari manga ini. Terkesan sederhana dan tak terlalu detail disebabkan Fujimoto harus menyelesaikan satu chapter tiap minggu. Alhasil, kualitas gambar dibuat semudah mungkin demi menepati batas waktu yang sudah ditentukan. Tapi, kita takkan membahas terkait artstyle melainkan, visual kekerasannya. Cukup brutal terutama untuk manga yang dipublikasikan Weekly Shonen Jump. Kita akan selalu disuguhkan usus dan darah yag bercucuran dalam jumlah banyak di setiap panel manganya terutama saat memasuki adegan pertarungan. Kemiripan ini juga sama seperti manga Weekly Shonen Jump lainnya yaitu, Hokuto no Ken besutan Tetsuo Hara dan Buronson. Kenshiro kerap menyerang musuh dengan sekali pukul dan bisa memecahkan kepala mereka. Pecah seperti buah yang dihancurkan. Tone yang digambar oleh Fujimoto juga menambah kesan suram bagi manga ini seperti yang dilakukan Devilman.

salah satu adegan sadis manga Chainsaw Man.

Berdasarkan kesimpulan yang telah dijabarkan di atas, Chainsaw Man sebenarnya hanya back to classic saja. Tidak ada ‘salah jurusan’ ataupun kemungkinan untuk merubah arah genre shonen. Tapi, disini membicarakan manga yang diterbitkan Weekly Shonen Jump, sebuah majalah manga yang membawa tren bagi genre shonen lewat judul-judulnya yang terkenal seperti Naruto, One Piece dan Bleach. Mungkin saja kedepannya memang akan mengikuti formula seperti CSM dan akan mengangkat kembali tren Dark Shonen yang sempat digunakan pada tahun 90an ke bawah silam.