Sebelum melihat bagaimana carut-marut dari aturan yang memang terkenal eksklusif di Jepang, mari menyimak kutipan lirik berikut:

もう少しで1年だね 私たちがつき合ってから・・・
友達は誰も知らずに いつも みんな一緒だった                                          「このサークル内では恋愛禁止」なんて
冗談みたいなルールで 余計に 燃え上がってしまう
It's been just over a year since we started dating…
None of our friends know since everyone's always together                               "Inside this circle, we have rules against love"
They make too much of a deal about this joke of a rule

Lirik tersebut berasal dari sebuah lagu garapan AKB48 berjudul "Renai Kinshi Jourei" atau mungkin para penyambang FX Mall biasanya menyebutnya "Aturan Anti Cinta". Lantas, aturan seperti apa dan bagaimana bisa mereka para idol melakukannya dan apakah perlu bagi mereka aturan ini?

Apa itu "Aturan Anti Cinta"?

Secara simpelnya, ini adalah sebuah aturan bagi seseorang yang menggeluti dunia hiburan Jepang untuk tidak secara terang-terangan mengungkapkan bahwa mereka sedang dalam hubungan dengan pria atau wanita, entah itu berpacaran, hubungan gelap, maupun kedekatan yang dapat menuai rumor di antara penggemarnya.

Gamblangnya, dapat dikatakan bahwa orang yang bekerja di dunia hiburan Jepang, terutama para idol, dibuat seolah-olah tidak menjadi "orang sungguhan" yang perlu makan, tidur, atau dalam konteks ini adalah memiliki hubungan cinta. Untuk para idol wanita di Jepang, mereka diperuntukkan menjadi proyeksi dari fantasi-fantasi yang dapat dibayangkan oleh para pria.

Dengan menjaga salah satu citra tersebut, mereka diharuskan agar tergambar sebagai tetap lajang sehingga para penggemar dapat membayangkan bahwa mereka mungkin bisa menjalin hubungan dengan para idol-nya suatu hari nanti. Hal ini juga memungkinkan mereka untuk membayangkan bahwa gadis idol pilihan mereka adalah tetap 'murni' untuk selamanya.

Permasalahan yang Menjadi Kontroversi

Dalam program radio terbarunya, Koike Minami dari Keyakizaka46 menyebutkan sebuah surat persetujuan yang diberikan kepada semua anggota menyatakan secara resmi melarang hubungan apa pun selama mereka masih beraktivitas sebagai idola.

Hal ini juga dikenal sebagai "Renai Kinshi Jourei", aturan anti cinta. Untuk mengizinkan atau melarang aturan ini, telah menimbulkan pro-kontra bagi para penggemar selama bertahun-tahun. Pendirian ambigu Akimoto Yasushi yang sempat menyatakan tidak ada yang namanya aturan larangan cinta juga tidak membantu untuk menjernihkan semuanya.

Tetapi masalah mengenai aturan ini melampaui keberadaannya sendiri. Hal yang sekarang menjadi polemik adalah perdebatan abadi antara mereka yang berpendapat bahwa kita tidak dapat memiliki para idolanya karena mereka adalah hakikatnya manusia yang juga mempunyai perasaan tersendiri dengan mereka yang berpikir perlu untuk mempertahankan citra mereka agar industri hiburan ini terus berlanjut dan para penggemar dapat menyaksikan idola mereka secara berkesambungan.

Singkatnya, apa yang diperdebatkan sekarang adalah konsepsi orang-orang mengenai hakikat dan keberadaan idol sejatinya mereka merepresentasikan siapa.

Kasus Minami Minegishi dalam surat kabar yang mengkritisi Aturan Anti Cinta.

Terlebih, masih tidak terlupakan oleh contoh kejadian paling terkenal dari polemik ini adalah pada bulan Februari 2013 ketika Minami Minegishi mengunggah video permintaan maaf ke saluran YouTube resmi AKB48 setelah memotong semua rambutnya setelah sebelumnya dilaporkan oleh tabloid Shukan Bunshun bahwa Minegishi telah menghabiskan malam di rumah Alan Shirahama, anggota subkelompok Exile Generations.

Video tersebut berhasil mengumpulkan jutaan penayangan hanya dalam beberapa hari dan mengirim gelombang kejut yang bergema di seberang lautan ketika media pers di berbagai belahan dunia melaporkan hukumannya atas pelanggaran tersebut tidak manusiawi. Manajemen idol merasa takut bahwa penggemar secara signifikan mengurangi dedikasinya untuk membeli barang dan tiket untuk melihat anggota favoritnya jika idol tersebut menjalin hubungan yang berindikasi dapat merugikan perusahaan dan agensi.

Manfaat dan Perlunya Aturan Anti Cinta Bagi Idol

Aturan ini begitu menguntungkan agensi dan perusahaan yang menaunginya dikarenakan produk yang dipasarkan adalah idol itu sendiri, fakta bahwa mereka berinteraksi dengan penggemar sedemikian rupa sehingga mereka menciptakan basis penggemar setia yang terus datang kembali untuk lagi dan lagi, setiap kalinya.

Bagaimana dengan idol sendiri? Mari kita ambil contoh dari seorang Watanabe Mayu ketika dirinya menjadi sangat populer dengan cepat di usia mudanya. Tidak hanya kita dapat berasumsi dia tidak memiliki banyak waktu luang, tetapi asumsi bahwa dia tidak memiliki hubungan secara terbuka yang akan menciptakan kegemparan di tabloid dikarenakan Mayu begitu sangat serius dengan citranya karena dia sadar sebuah insiden akan merusak momentum dan kariernya dalam sekejap.

Lalu, mengapa manajemen biasanya tidak mau membuat keputusan, dan memutuskan untuk selalu ambigu tentang hal ini? Sebab kedua pilihan tersebut memiliki dampak negatif.

Jika agensi tersebut membuat aturan anti cinta secara resmi, maka agensi akan dipandang sebagai perusahaan yang buruk yang menekan hak dasar seorang gadis atau secara luas, perempuan.

Sementara, jika sebuah agensi secara resmi mengizinkan gadis-gadis idol berkencan, tidak ada jalan untuk kembali, dan hanya dapat berharap reaksi penggemar tidak pasti: bila didukung, sebuah keburuntungan; bila tidak, hanya menunggu tenggelamnya kapal agensi tersebut.

Adakah Secercah Harapan Terhapusnya Aturan ini?

Sulit untuk mengatakan akan adanya perubahan, sebab aturan anti cinta telah melekat dengan sangat baik, dan tampaknya tidak merugikan industri hiburan sama sekali. Pada saat yang sama, aspek budaya Jepang dan pandangan mereka tentang hal-hal tersebut tidak sesuai dengan pandangan dunia saat ini sama sekali.

Namun, pandangan masyarakat terhadap aturan ini mulai menunjukkan respons penolakan. Salah satunya, melalui Pengadilan Distrik Tokyo telah menolak gugatan ganti rugi yang diajukan oleh suatu agensi terhadap mantan anggota grup idolnya karena melanggar kontrak dikarenakan anggota tersebut berkencan dengan salah seorang penggemarnya.

Hakim Katsuya Hara mengatakan bahwa kontrak tersebut "secara signifikan membatasi kebebasan seseorang untuk memiliki kebahagiaan" dan bahwa apakah akan berkencan atau tidak berada di bawah "hak untuk menentukan nasib sendiri," yang sama dengan "hidup dengan cara yang diinginkan seseorang itu sendiri."

Jajak pendapat nasional dilakukan oleh Halo Project menghasilkan 66% dukungan masyarakat bahwa seorang idol "dapat mencinta".

Untuk pertanyaan apakah aturan snti cinta adalah sesuatu yang adil atau tidak adil, sulit untuk memutuskan karena hanya perasaan idol sendirilah yang dapat terlibat dengan hal tersebut. Namun, apa yang saya percaya adalah, bagi orang Jepang, bahwa renai kinshi jourei sendiri adalah aturan yang ditimbulkan sendiri, bukan sebuah norma atau adat-istiadat yang berlangsung lama, sehingga memungkinkan adanya perubahan.

Ada saatnya orang-orang mendukung idol mereka dalam kehidupannya yang menjadi benar-benar sebagai seorang penggemar. Contohnya, mari kita lihat pengumuman pernikahan pengisi suara Suzuko Mimori dengan pegulat Kazuchika Okada yang menerima banyak dukungan lebih daripada pertentangan terhadap kenyataan bahwa seiyu idamannya menikah.

"Selamat kepada Mimori Suzuko dan Kazuchika Okada pada 2 tahun pernikahannya"

Sehingga, pada akhirnya, apakah dapat dikatakan bisa aturan itu "dihapuskan"? Bisa, bahkan memungkinkan untuk terjadi, hanya tinggal bagaimana manajemen, agensi, atau perusahaan hingga para penggemar mendalami usaha perubahan tersebut dan mengambil langkah barunya.