Beberapa kali kalian pernah mendengarkan kalimat ini: “With great power, comes great responsibility.”? Berapa dari kalian yang menjadikan kalimat ini sebagai moto hidup? Saya yakin, pasti banyak.

Kalimat legendaris ini pertama kali muncul pada tahun 1962 di Amazing Fantasy #15 (yang baru saja penulis baca selagi menulis artikel ini). Walaupun pada komik itu kalimat ini bukan diucapkan oleh Paman Ben, dan bahkan baru muncul di halaman paling akhir, kenapa kalimat ini sangat lekat dengan Spider-Man?

Jawabannya ada di film pertama Spider-Man pada tahun 2002 yang distrudarai oleh Sam Raimi. Tentu, pembaca lama yang menemukan Peter Parker dan Spider-Man di tahun 1962 bisa membuat argumen bahwa kalimat di panel terakhir komik tersebut adalah intisari dari kisah Amazing Fantasy #15, tetapi untuk kita generasi 90-an ke atas, film ini memiliki alasan yang lebih… emosional.

Paman Ben memberikan nasehat yang sangat melekat kepada Peter disaat ia mengantarkan Peter untuk “belajar” di perpustakaan kota. Ia menyadari bahwa keponakan kesayangannya mulai berubah menjadi pemuda yang lebih agresif, lebih keras kepala dari biasanya.

“These are the years when a man changes into the man he’s gonna become for the rest of his life.”

“…but just because you can beat him up, doesn’t mean you have the right to.”

“Remember, with great power, comes great responsibility.”

Penyampaian yang disampaikan oleh Cliff Robertson yang berperan sebagai Paman Ben hingga saat ini selalu membekas di hati penulis. Nada lembutnya yang bagaikan paman kandung dari penonton berhasil membuat nasehatnya melekat kepada semua penonton pada saat itu.

Selanjutnya, sebagian besar dari kita sudah tahu apa yang terjadi, Peter ternyata menyelinap untuk ikut ke tantangan pro-wrestling, dia sengaja melepas perampok dari arena karena dia tidak dapat imbalan yang sesuai, yang kemudian disusul dengan meninggalnya Paman Ben oleh perampok yang ia biarkan lari beberapa saat yang lalu.

Di saat ini, Peter sadar akan perilakunya yang berubah menjadi sombong, sok, dan semau sendiri sejak mendapatkan kekuatan laba-laba membuatnya kehilangan seseorang yang sangat berarti baginya, seseorang yang penting, seseorang yang ia cintai layaknya ayah kandung sendiri. Dan di saat inilah, walaupun masih dalam tahap yang sangat dini, Spider-Man lahir.

Peristiwa kematian Paman Ben ini menjadi momen penting dalam pembentukan karakter Peter Parker, di semua serial Spider-Man, mulai dari Amazing Fantasy #15 tahun 1962, Ultimate Spider-Man #4 – #5 tahun 2000, berbagai serial animasi Spider-Man, dan bahkan di Marvel’s Spider-Man yang rilis eksklusif di konsol PS4 tahun 2018 yang lalu.

Lalu muncul sebuah film yang kata orang sih cukup bagus berjudul Spider-Man: Homecoming.

Tom Holland yang berperan sebagai Peter Parker di film ini melakukan banyak impruv yang sangat membantu karakter Peter-nya menjadi unik dan berbeda dari Tobey Maguire ataupun Andrew Garfield. Tapi ada yang berbeda dari perkembangan Peter di film ini, kemana Paman Ben?

Sebelum Peter menjadi pemeran utama di Homecoming, ia sebelumnya sudah muncul sebagai bintang tamu di Captain America: Civil War, dimana Tony Stark mendatangi apartemennya di Queens untuk merekrutnya sebagai anggota tim nya untuk melawan tim Captain America.

Di scene selanjutnya, Tony menanyakan Peter, apa alasannya untuk menjadi seorang pahlawan? Peter menjawab,

“When you can do the things that I can, but you don’t, and then the bad things happened, they happened because of you.”

Jawaban Peter ini mengimplikasikan bahwa ia pernah melakukan suatu kesalahan, hal yang membuat ia menyesal tidak melakukan apapun sewaktu ia sudah memiliki kekuatan super nya. Banyak penonton yang berharap nilai ini diangkat dengan lebih dalam di Homecoming, tapi yang mereka dapatkan justru… Peter yang justru terkesan carefree dan tidak memiliki rasa penyesalan sedikitpun.

Ada beberapa fans yang berteori bahwa mungkin, Bibi May di Marvel Cinematic Universe (MCU) ini bahkan tidak pernah menikah dengan Paman Ben, mungkin di universe ini, Peter tidak punya paman. Tapi Kevin Feige, Presiden Marvel Studios membantah teori ini dan menyebutkan bahwa MCU memang sengaja mengurangi jatah Paman Ben di Spider-Man versi MCU ini karena “sudah terlalu sering penonton mendapatkan Paman Ben”.

Kevin Feige berharap para fans sudah cukup paham dengan tragedi yang terjadi di hidup Peter, dan maka dari itu, ia sangat membatasi MCU menyebutkan Paman Ben secara gamblang. Tetapi menurut penulis, ada perbedaan antara mengurangi dan menghilangkan sosok paman tersebut.

Hingga saat ini, nama Paman Ben belum pernah sekalipun disebut di MCU. Dan menurut penulis, hal ini merupakan suatu kesalahan. Ditambah dengan character development peter yang terasa tidak ingat dengan Paman Ben sama sekali ini, penulis menganggap bahwa MCU melewatkan satu kesempatan besar untuk meningkatkan kualitas karakter Peter Parker versi Tom Holland ini; meninggalnya Tony Stark di Endgame.

Penulis menganggap bahwa apabila Peter menunjukkan setidaknya sekali saja perasaan bersalah, atau rindu dengan Paman Ben waktu di Civil War maupun Homecoming, dan MCU dengan serius mengembangkan satu faktor karakter ini dengan lebih serius, meninggalnya Tony Stark di Endgame bisa memberikan pukulan lebih berat terhadap Peter.

Andaikan Paman Ben memiliki andil lebih besar di MCU, kejadian di Endgame menandakan dua kali gagalnya peter untuk melindugi orang yang ia cintai. Tidak hanya kehilangan Paman Ben, ia juga kehilangan sosok ayah barunya, Tony Stark.

Hasil dari kedua tragedi ini sebenarnya bisa membuat kondisi mental Peter Parker menjadi kurang stabil, yang berarti kesempatan baik bagi MCU untuk mendevelop karakter Peter dengan Bibi May di film-film selanjutnya. Bahkan mungkin memberikan resolusi hati baru untuk Peter karena ia sudah dua kali mengalami kejadian traumatik yang membuat dirinya harus menjadi lebih kuat dan lebih bertanggung jawab lagi.

Kalian tahu ada yang salah dengan Peter versi MCU ini, ketika semua franchise Spider-Man selalu memasukkan tragedi Paman Ben ini sebagai salah satu faktor untuk character development Peter, baik secara langsung maupun tidak.

Di franchise gagal tahun 2012 berjudul The Amazing Spider-Man (TASM), walaupun kalimatnya berubah menjadi, “…If you can do good things for other people, you have a moral obligation to do those things… Not choice, responsibility.”, Peter tetap mendapatkan prep talk yang integral terhadap perkembangan karakternya.

Sidenote, di TASM, Peter belum menjadi Spider-Man sesungguhnya ketika Paman Ben meninggal karena ditembak oleh seorang perampok. Di TASM, Peter justru berubah menjadi seorang pemuda pendendam ketika Paman Ben telah tiada dan bersumpah untuk membunuh orang yang sudah merenggut nyawa pamannya.

Bukan menangkap, bukan memenjarakan, membunuh. Kebanyakan dari orang memiliki masalah dengan hal ini, tapi saya sendiri tidak merasa hal ini sebagai suatu hal khusus, karena Peter akhirnya sadar pentingnya kalimat yang diucapkan Paman Ben ketika ia menolong banyak orang di jembatan Williamsburg.

Ketika Peter akhirnya berhasil menolong anak kecil dari mobil yang terbakar, ketika dia akhirnya berhasil mempertemukan si anak dengan ayahnya, dan ketika Peter akhirnya sadar bahwa menolong orang itu merupakan hal yang wajib ia lakukan tanpa perlu berpikir panjang.

Di saat itulah Peter menjadi seorang Spider-Man.

Andrew Garfield memang terlalu tampan untuk jadi Peter Parker, tapi dia merupakan seorang aktor yang baik, apalagi dia memang seorang fans Spider-Man sejak kecil, jadi berperan menjadi Peter seharusnya menjadi suatu momen dream comes true untuknya.

Sayangnya Avi Arad ikut campur.

Lanjut, bahkan di film Spider-Man: Spiderverse, Peter B. Parker masih mengingat kalimat yang diucapkan pamannya. Walaupun di film ini dia merasa kesal ketika Miles mencoba untuk mengingatkannya, tapi di sini itu lebih karena Peter sadar bahwa ia merupakan seseorang yang gagal, seorang loser.

Dia gemuk, berpisah dengan kekasihnya Mary-Jane, seorang pengangguran, dan bahkan berpikir untuk berhenti menjadi seorang Spider-Man. Tapi jangan disalah-artikan bahwa Peter sekarang benci ke Paman Ben, tidak, dia benci kepada dirinya sendiri, karena dia sadar dia telah mengecewakan Paman Ben. Dan dari sini kita bisa tahu betapa pentingnya sosok pamannya kepada dirinya.

Bahkan di serial kartun Spectacular Spider-Man (yang menurut penulis merupakan kartun terbaik Spider-Man, tolong tonton sekarang juga, thanks), Paman Ben mendapatkan satu episode khusus dimana Peter mendapatkan kostum symbiote dan berubah menjadi anak yang nakal,

Bahkan di Marvel’s Spider-Man

Marvel’s Spider-Man di PS4 tidak menunjukkan adegan dimana Paman Ben mati dibunuh oleh perampok, tapi para penulis Insomniac Games berhasil membuat satu narasi super baik yang masih menunjukkan kita, para player bahwa Paman Ben memiliki peran penting untuk Peter.

Opini penulis, guys, kalau kalian fans Spider-Man, kalian harus tonton Spectacular Spider-Man dan main Marvel’s Spider-Man. Menurut saya, dua judul ini memiliki representasi Peter Parker terbaik dari semua adaptasinya.

Kisah Peter Parker merupakan kisah dimana para penikmatnya bisa menempatkan diri di dalam Peter Parker itu sendiri. Peter adalah seorang pemuda canggung, punya masalah dengan uang, punya masalah dengan identitas diri, selagi menanggung beban untuk menjadi seseorang yang bisa membanggakan Bibi May dan Paman Ben.

Dan semua hal yang integral bagi Peter Parker ini tidak penulis temukan di sosok Peter Parker versi MCU. Coba pikir, di MCU, Peter pada dasarnya menjadi anak angkat Tony Stark. Dia tidak ada masalah dengan uang, dia tidak ada masalah dengan identitas diri, dan Bibi May, terutama dari yang kita lihat di trailer Far From Home, tidak ada masalah dengan Peter menjadi Spider-Man, dimana hal ini harusnya menjadi konflik penting karena Bibi may tidak mau Peter mendapatkan nasib yang sama dengan Pamannya.

Dimana Paman Ben, Marvel Studios?

Dan lebih penting,

Di mana Spider-Man?

Mungkin kedepannya, Peter bisa berubah dari seorang Spider-Boy, atau Iron Man Jr., menjadi seorang Spider-Man sesungguhnya.

Akhir kata, penulis tidak benci ke Peter Parker versi MCU, tetapi penulis lebih suka dengan Peter Parker versi Tobey, versi Garfield, versi Yuri Lowenthall, dan Spectacular Spider-Man, dimana mereka menghormati Paman Ben, memberikan Peter yang lebih dewasa dan matang, dan pengalamannya yang membentuknya menjadi seorang Spider-Man.

N.B. Penulis baru saja nonton Far From Home… Dan menurut penulis, nggak ada harapan untuk Spider-Man versi MCU.

N.B.B. Spider-Man 2 masih yang terbaik, dammit.

Tulisan ini adalah opini pribadi dari penulis, tidak mencerminkan pandangan umum Risa Media. Penulisan oleh Andrian Vidano.