Komi-san wa Komyushou Desu adalah manga romcom buatan Oda Tomohito yang diserialisasikan di mingguan Shonen Sunday. Cerita awalnya sederhana: Komi Shouko, seorang siswi SMA, mengalami kesulitan komunikasi kronis. Ini menyebabkan ia hampir tidak berbicara sama sekali, atau berbicara terlalu banyak dalam sekali waktu. Ia kemudian bertemu dengan Tadano Hitohito, seorang siswa yang biasa aja (lit. 'orang yang biasa saja'). Dari pertemuan itu, Tadano mengatakan bahwa ia akan membantu Komi mendapatkan 100 teman untuk memperbaiki caranya berkomunikasi dengan orang lain sekaligus meningkatkan kepercayaan dirinya sendiri.

Awal mula ini cukup bagus. Namun, artikel ini akan menjelaskan bagaimana kemudian manga ini berjalan dari one-shot sampai ke titik terakhirnya di chapter 300+, dengan hasil yang kadang bagus, kadang medioker, dan kadang buruk. Meskipun begitu, spoiler akan dibuat agar tidak mengganggu pengalaman mereka yang baru pertama kali membaca Komi-san setelah berangkat dari artikel ini. Pada akhirnya, saya akan sampai pada kesimpulan yang sudah tertera di judul: bahwa Komi-san agaknya terlalu banyak 200 chapters.

One-shot

Sebelum serialisasinya di Shonen Sunday, Komi-san merupakan manga satu-episode yang 'sekadar' menceritakan pertemuan Komi dengan Tadano. Namun, dalam oneshot yang hanya memiliki beberapa puluh halaman ini, karakter Komi dieksplor dengan baik. Ia dijelaskan memiliki 'kesulitan berkomunikasi' yang membuatnya tidak dapat berkata-kata ketika perlu, dan ketika mulutnya terbuka, seringkali kata-kata yang keluar terlalu banyak.

Tentu saja ini merupakan angin segar dalam penggambaran 'masalah komunikasi' yang sering muncul di manga-manga lainnya. Alih-alih hanya dianggap sebagai hal unik yang membuat keadaan menjadi menyenangkan atau lucu, Komi-san berusaha memberitahu bahwa orang-orang yang sebenarnya ingin berkata-kata tapi terhalang oleh kecemasan serius tidak terlalu senang dengan ketidakmampuannya untuk berkomunikasi secara lancar. Namun juga kesulitan ini tidak digambarkan sebagai 'penyakit' yang membuat Komi-san harus dikasihani atau ditinggalkan. Komyushou di sini digambarkan apa adanya: kadang tidak apa-apa, kadang bermasalah, dan jelas inti masalah (soal anxiety berlebih) bisa diselesaikan melalui interaksi yang banyak dengan orang lain.

Bagaimana kemudian serial manga ini merealisasikan premis dari oneshot?

Perkembangan Awal: Komi, Tadano, Yamai, Agari, dan Najimi

Ketika manga dimulai, kita langsung dibanjiri banyak karakter baru, banyak juga di antaranya yang penting bagi cerita. Yamai, seorang yandere, Agari, seorang masokis, dan Najimi, 'teman masa kecil semua orang', bermunculan untuk membantu Komi mewujudkan cita-citanya mendapatkan 100 teman. Sesuai dengan gag manga pada umumnya, Komi-san memainkan unsur 'kontras' atau 'gap moe', utamanya adalah Komi yang memiliki perasaan yang sama dengan gadis sebayanya namun tidak dapat mengekspresikan perasaannya dengan baik, berujung pada salah duga dari berbagai karakter yang menganggapnya seram atau dingin.

Osana Najimi, salah satu karakter pendukung di cerita Komi-san.

Gap moe ini kemudian menjadi penggerak utama cerita pada walnya. Agari, misalnya, adalah seorang masokis namun diam-diam juga mengoperasikan situs ulasan kuliner yang sangat berpengaruh terhadap suksesnya suatu restoran di kawasan tersebut. Atau Katai-san, yang terlihat dan berperangai seperti preman, ternyata juga memiliki kesulitan untuk berkomunikasi dengan satu sama lain. Jika anda menyukai komedi tipe ini, maka Komi-san merupakan bacaan yang cocok untuk mengisi sela-sela waktu anda.

Latar belakang dari karakter-karakter 'unik' ini sendiri adalah bagaimana Itan Highschool, latar belakang cerita berlangsung, disebut sebagai tempat yang hanya menerima orang-orang aneh yang belum tentu diterima di lingkungannya masing-masing. Akhirnya, kita kedatangan orang-orang seperti Agari, Katai, Komi, Yamai, dan lain sebagainya. Masalah dari latar belakang ini adalah, begitu sulit membangun tokoh quirky yang tidak 'sekadar'. Dengan kata lain, tanpa eksekusi yang baik, karakter seperti ini bisa jadi akan sangat tidak menarik, bahkan mungkin ofensif.

Bagaimana Komi-san kemudian membangun latar belakang ini? 50/50. Penokohan Tadano sebagai 'orang yang biasa saja' cukup berhasil karena dikontraskan dengan badut-badut lain di dalam sekolah. Di sisi karakter utama yang lain, Komi Shouko adalah pertama kalinya saya melihat karakter 'introvert' dan 'pendiam' yang tidak sekadar pemalu atau dingin, tetapi juga bisa memiliki emosi sebagaimana teman sebayanya, misal ketika ia menyuruh-nyuruh adik laki-lakinya, merasa 'tertantang' ketika tidak ada orang yang memasak di rumah, dan bermalas-malasan menyusahkan orang lain seharian, untuk menyebutkan beberapa. Intinya, ia memiliki perasaan yang seperti yang lain, bukan sosok yang duduk diam dan menunggu interaksi dengan orang lain.

Karakterisasi tokoh-tokoh lain tidak sebagus apa yang sudah digambarkan di atas. Banyak sekali karakter satu-dimensi (one-dimensional) yang perilakunya sesuai namanya, tapi tidak lebih dari itu. Yamai Ren muncul tidak jauh beda seperti yandere yang berasal dari meme anime tahun 2010, dengan segala tingkah lakunya yang buruk dan gagal sebagai comic relief. Osana Najimi tidak memiliki persona sama sekali, selain bahwa ia memiliki ribuan teman yang dapat tiba-tiba menggerakkan alur cerita. Banyak contoh-contoh lain, seperti Ase Shibuki (kita hanya tahu dia berkeringat banyak), Inaka Nokoko (kita tahu dia berasal dari daerah), atau Naruse Shisuto (kita tahu dia punya kepercayaan diri berlebih), yang sekadar 'muncul' tanpa memberikan banyak hal berarti bagi alur cerita ataupun perkembangan Komi.

Sejauh ini, tidak bagus. Tapi sampai di sini kita baru mencapai chapter 100+. Di titik ini, Komi-san berubah menjadi manga yang kesulitan mencari arahnya, kadang-kadang cocok, kadang-kadang buruk.

100+ Chapters: Kebingungan Arah dan Minim Perkembangan

Berapa banyak menurut anda jumlah chapter yang ideal bagi romcom slice-of-life yang tidak menghadirkan banyak plot selain untuk kehidupan sehari-hari siswa sekolahan? 100? 200? Bagaimana jika 300?

Dengan target 100 teman dan dengan terus-menerus datangnya karakter baru, maka akan banyak story arc yang tidak perlu atau bahkan tidak masuk akal. Ini bukan merupakan hal baru di romcom: Kaichou wa Maid-sama dikritik karena kehilangan arah cerita setelah Usui dan Misaki lulus, dan belasan chapter terakhir Horimiya tidak memiliki traksi yang sebaik cerita-cerita sebelumnya. Namun dalam kasus Komi-san, cerita dibuat gaspol sampai menyentuh angka 300.

Contoh pertama adalah arc pemilihan ketua OSIS Itan. Saya tidak akan memberikan banyak detail untuk menghindari spoiler, namun arc ini tiba-tiba menghadirkan calon ketua OSIS yang dingin dan dibenci orang, untuk kemudian dibantu kekuatan pertemanan dalam kampanyenya. Dengan kata lain, tidak perlu, tidak penting, dan tidak membantu Komi untuk menyelesaikan permasalahan komunikasinya. Apalagi di sini 'kekuatan nakamatachi' sangat kencang untuk mengkompensasi betapa tidak tahu dirinya calon ketua dan betapa kosongnya pendirian orang-orang di sekolah tersebut.

Namun, contoh paling baik tentu saja tragedi yang menimpa Rumiko Manbagi. Muncul sebagai karakter gyaru yang gemar merias diri, banyak potensi yang bisa dikeluarkan sebagai karakter sampingan utama pendamping Komi, terutama karena masalah insecure yang sama-sama mereka alami dan kurangnya teman yang mereka miliki. Dari apa yang digambarkan di awal, kita bisa saja mendapatkan karakter seperti Galko di Oshiete! Gyaruko-chan yang dinamis, tidak terduga, tidak murahan, dan penuh dengan karakter. Alih-alih, kita mendapatkan Miku Okazaki di Gal Gohan: gyaru hanya di warna kulit, namun setelahnya adalah perempuan sekolahan yang biasa sekali dengan kepribadian minim dan sangat gampang jatuh cinta dengan orang lain.

Tidak ada elaborasi lebih lanjut tentang Manbagi yang memiliki teman-teman sesama gyaru baik hati, atau Manbagi yang tidak percaya diri dengan penampilannya, atau Manbagi yang gemar merias diri. Yang tertinggal hanyalah Manbagi pemalu yang meminjamkan dirinya untuk perkembangan karakter Komi, tidak lebih, tidak kurang.

Dari dua contoh ini, terlihat jelas permasalahan yang melanda Komi-san di tahap lanjutan. Banyak sekali cerita yang mengikuti formula berikut: karakter baru muncul --> konflik dangkal terjadi --> kekuatan teman --> kekuatan Najimi --> Komi mendapatkan teman baru. Konfliknya tidak apik, dan resolusinya serampangan. Pada akhirnya, baik Komi dan karakter-karakter lain yang berkepentingan tidak mendapatkan apa-apa dari story arc tersebut.

Padahal, meskipun sulit, dimungkinkan untuk membuat 100 karakter tanpa mengorbankan kepribadian atau jalan cerita. Selain itu, premis '100 teman' ini juga bermasalah karena alur cerita terjebak di antara 'semua orang harus muncul dan harus berperan dalam cerita' dengan 'yang penting hanyalah beberapa karakter inti, sisanya adalah pembantu character development Komi Shouko'. Kadang apa yang disajikan adalah tipe pertama, kadang kedua. Selain membingungkan, ini juga memnadakan arah cerita yang tidak terlalu jelas.

Kesimpulan

Mungkin premis 'Komi-san membutuhkan 100 teman' memang sulit terlaksana dari awal. Atau penggambaran Komi-san yang kurang baik dalam cerita, atau kebutuhan banyaknya karakter membuat mangaka kewalahan menambahkan lagi dan lagi. Namun, pada akhirnya, inilah yang kita dapatkan: momen-momen baik bercampuran dengan momen-momen buruk. Pada situasi yang tidak jarang, manga ini setara dengan judul-judul besar lainnya, yaitu ketika alur cerita tidak mengandalkan karakter sederhana dan membiarkan para tokoh cerita mengembangkan kepribadiannya sendiri-sendiri. Sayang, inkonsistensi dan filler yang bermunculan mungkin akan mengganggu pengalaman membaca judul ini.

Pada akhirnya, Komi-san wa Komyushou tetap menjadi bacaan yang menarik dan pantas untuk dibaca, meskipun bukan bacaan romance ataupun romcom terbaik di luar sana. Jika ditata dalam skor skala 10, saya akan menempatkan judul ini ke dalam angka 5: tidak baik, tidak buruk, masih enak untuk dibaca—namun tentu saja memiliki beberapa isu yang cukup mengganggu pengalaman membaca.