Fate/Grand Order memasuki bagian cerita baru: Lostbelt no.4, kali ini berlokasi di India. Berada di bawah komando crypter Scandinavia Pepperoncino (bukan nama sebenarnya) dan servant-nya Ashwatthama, Chaldea yang berkeliling dunia untuk menghancurkan lostbelt-lostbelt yang ada kali ini berhadapan dengan tokoh-tokoh pewayangan India, dengan Arjuna sebagai antagonis utamanya. Seperti bagian-bagian FGO sebelumnya, musuh utama kali ini adalah hero baik-baik yang dirusak/merusak diri sendiri menjadi versi alter. Jika Orleans mempunyai Jeanne Alter dan E Pluribus Unum mempunyai Cu Chulainn Alter, kali ini Ritsuka, Mashu, dan Karna berhadapan dengan Arjuna Alter.

Arjuna sudah muncul jauh sebelumnya dalam F/GO sebagai pemanah sakti yang dicintai semua orang, salah satu servant paling kuat. Kisahnya sebagai salah satu anggota pandawa terbawa-bawa, utamanya konflik dengan kakak tirinya, Karna. Fate memfokuskan kisahnya pada rivalitas kakak-beradik itu, dimana Arjuna digambarkan sebagaimana kehidupan sebelumnya–jujur, bersih, berhati mulia, dan ksatria tanpa tanding: tetapi tetap tak bisa mengalahkan Karna.

Bagaimana Arjuna, servant dengan kelas Archer dan Berserker itu, digambarkan dalam kisah aslinya?

Arjuna, anak Raja Pandu

Tak seperti Karna yang menghabiskan hampir seluruh masa hidupnya sebagai anak dari ‘kelas rendahan’, Arjuna telah menikmati privilese penuh sejak lahir. Anak dari Raja Pandu dengan segala kemewahan yang dimiliki keluarga itu, Arjuna tumbuh dicintai dan disenangi semua orang. Ia jujur, hatinya bersih, dan digambarkan sering membantu orang lain tanpa pamrih. Tetapi lebih dari itu, kekuatan bertarungnya tak bisa dikalahkan siapapun–ia yang terkuat di antara kelima Pandawa bersaudara.

Patung Arjuna di Bali.

Ia sedikit banyak sadar akan kekuatannya yang luar biasa (ini akan bermasalah nantinya, ketika para Pandawa hampir masuk surga, Arjuna gagal karena terlalu percaya diri). Tak ada yang berani mengajak duel dirinya, sebab semua tahu bahwa ia pemanah yang paling kuat. Saat Drupadi yang cantik jelita itu diperebutkan melalui sayembara, Arjuna dengan mudah mengalahkan seluruh kontestan lain dan ‘memenangkan’ Drupadi untuk menjadi istrinya–meskipun kemudian harus ia bagi dengan saudaranya yang lain.

Maka ia juga seorang ksatria dengan segala macam sifat yang harus dimiliki seorang ksatria. Ketika ia melakukan kesalahan dengan mengganggu waktu Drupadi dengan salah satu saudaranya yang lain, ia menerima hukuman pengasingannya selama duabelas tahun. Ia juga dikisahkan mempunyai keberanian tanpa tanding: ketika gurunya, Durna, diserang oleh buaya, tak seorangpun selain Arjuna yang berani untuk menangkap buaya itu termasuk anak Durna sendiri, Ashwatthama. Kepahlawanan dan kegigihannya bahkan membuat dewa Khrisna sangat menyukainya, menyatakan bahwa teman Arjuna adalah temannya, musuh Arjuna adalah musuhnya.

Arjuna, ksatria yang tak ingin berperang

Keksatriannya itu–ingat, dalam Hindu, status seseorang sudah ditentukan sejak lahir–akhirnya bermasalah di kemudian hari. Menjelang Perang Kurukshetra, Arjuna sangat ragu untuk berperang, meskipun ia salah satu prajurit andalan kubu Pandawa. Ia mempertanyakan langsung moralitas perang: mengapa ia harus bertarung dengan, dan bahkan membunuh, teman-temannya sendiri? Mengapa ia harus melawan saudara-saudara sedarahnya sendiri? Bahkan sampai melawan orang-orang terdekat hidupnya seperti Durna dan Bhisma?

Patung Arjuna dan kereta kudanya di Jakarta.

Lantas Khrisna mendekati Arjuna, berdialog dan menyampaikan tetuah padanya mengenai bagaimana ia, sebagai Ksatria, memiliki tugas yang tak dapat dihindari untuk bertarung dan berperang. Menghindari tugas (dharma) bagaimanapun juga, Arjuna adalah Ksatria, dan Ksatria harus berperang. Percakapan mereka berdua menjadi bagian penting dalam Bhagavad Gita, skriptur suci umat Hindu.

Arjuna kemudian melaju bersama kakak-adiknya untuk mengalahkan Kurawa, termasuk membunuh Karna dengan Anjalika Astra  di saat-saat terakhir perang ketika kakaknya itu sedang sibuk membenarkan roda kereta kuda nya yang terbenam di tanah. Pandawa kemudian memenangkan peperangan tersebut dan menguasai Hastinapura.

Pemanah melankolis di lorong-lorong Chaldea

Meskipun pada umumnya sama dengan Arjuna dalam Mahabarata, F/GO menambahkan fitur penting: bagaimana Arjuna, ksatria yang paling jujur dan baik hati itu, mempunyai sisi ‘gelap’. Sisi gelap itu membedakannya dari Karna yang, meksipun terlihat dingin dalam sikapnya, ia anggap hatinya tulus dan benar-benar tanpa pamrih. Ia, yang oleh kawan-kawannya dianggap tak terkalahkan, tahu bahwa ia tak bisa melawan Karna tanpa disertai tipudaya tertentu.

Benar saja–Arjuna mengalahkan Karna tak dalam pertarungan langsung. Melakukan tipudaya yang ‘tak pantas dilakukan seorang Ksatria’, Arjuna menembakkan panahnya ketika Karna sedang sibuk membetulkan kereta kudanya. Karna mati, kakaknya itu, ketika tak jelas apakah ia tahu prajurit lawan yang telah ia bunuh adalah kakaknya sendiri.

Arjuna membunuh Karna yang sedang lengah.

Maka ketika dalam singularitas keenam, E Pluribus Unum, Karna dan Arjuna berlawanan kembali dalam bentuk prajurit Edison dan prajurit Medb, ia sudah maklum. Bahkan setelah kematian dan kemunculan kembalinya, dimanapun dan kapanpun Karna adalah musuh Arjuna, bukan yang lain.

Desain Arjuna setelah Ascension terakhir

Arjuna memiliki Noble Phantasm berupa Pashupata (dalam bahasa Indonesia: Pasopati) yang merupakan senjata paling kuat–ia bisa menghancurkan dunia dengannya.

By the wrath of Shiva, here ends thy life. Pashupata!

Arjuna digambarkan sebagai seorang penyendiri yang agak tidak nyaman dengan Ritsuka. Dalam bond level rendah, Arjuna sama sekali tak percaya dengan master-nya itu, bahkan terbersit keinginan untuk membunuhnya. Baru ketika bond level-nya tinggi, Arjuna mempercayai tuannya dengan memberikan panah yang menembus rivalnya, Karna. Berbeda dengan Karna, ia mempunyai harapan untuk holy grail–kesendirian abadi.

I wish for eternal solitude…That’s not a joke.

(Catatan: Merlin sudah mendapatkan itu, tapi ia malah sengsara karenanya)

Arjuna alter melawan Chaldea

Pada Lostbelt no.4, kisah asli Perang Kuruksetra diselewengkan–sebagaimana Lostbelt dan Singularitas lain menyelewengkan sejarah manusia–dan Arjuna dikatakan menyerap kekuatan seluruh dewa-dewa India, termasuk Sri Khrisna. Dalam Lostbelt milik Pepperoncino itu dikisahkan bahwa Arjuna, sekarang menjadi dewa penguasa alam semesta, sangat terobsesi untuk memurnikan dunia. Ia tak menyadari ‘ketidakmurnian’ di dalam dirinya sendiri yang merasa berhak menghapuskan siapapun yang ‘jahat’, meskipun dalam kadar sangat sedikit.

Desain Arjuna Alter setelah Ascension ketiga

Lostbelt keempat ini memiliki ranking A, sebab proses seleksi tersebut terjadi dalam waktu yang sangat cepat–sepuluh hari sekali. Apa yang dilakukan Arjuna Alter bermasalah sebab dalam prosesnya mencari ‘manusia yang paling murni’, pada akhirnya tak ada yang lebih ‘murni’ daripada dirinya, maka seluruh manusia akan dimusnahkan olehnya.

Karna, yang dalam Perang Kurukshetra dibunuh oleh Arjuna (dengan Anjalika Astra di cerita aslinya, Pashupata/Pasopati dalam F/GO) lantas menuntaskan tugasnya dengan menghabisi kakaknya yang penuh dengan kekacauan itu dengan senjata yang memang direncakan untuk membunuh Arjuna, Vasavi Shakti.

Semua gambar didapatkan dari desain resmi Fate/Grand Order, ilustrasi oleh pako, dan Wikimedia.