Kebetulan ide tulisan ini muncul saat saya melihat postingan teman saya yang berkaitan dengan fenomena ‘pindah tempat’ cosplay di mal-mal Jakarta imbas dari penuhnya Mall of Indonesia (MOI) akibat salah satu acara Jejepangan yang ‘ditegur’ Satgas COVID-19.

Di postingannya, teman saya berargumen bahwa setiap orang bisa untuk melakukan cosplay di mana saja. Intinya, dia mengatakan bahwa orang-orang bisa ber-cosplay dengan armor atau bahkan military fatigue di mall-mall Jakarta—karena diskusinya masih berhubungan dengan acara MOI.

Pertanyaan pun tercetus di kepala saya: “apakah cosplay itu sangat bisa dilakukan di tempat publik?” Tidak perlu waktu lama untuk mendapatkan jawabannya yang akan dibahas secara lengkap di dalam tulisan ini.

Bukan Hal Baru, Bahkan Sudah di Mana-mana

Pengemis yang ber-cosplay (sumber: KRJOGJA)

Sebenarnya, cosplay yang dilakukan di tempat publik bukan merupakan hal yang baru. Jika cosplay didefinisikan sesuai kaidah bahasanya (costume play, permainan kostum), mungkin kalian pun sudah menemukannya di lingkungan sekitar kalian.

Kalian yang berkunjung ke Kota Tua pasti melihat patung manusia yang ber-cosplay pahlawan, seperti tentara era revolusi atau Jenderal Sudirman. Kalian yang sering mampir atau tinggal di Barel UI pasti sering lihat pengemis yang ber-cosplay Mario di sekitar pasar. Atau mungkin kalian sering ikut cosplay saat hari Halloween? Intinya: Di mana pun kalian berada, pasti kalian pernah melihat satu orang yang menggunakan kostum karakter tertentu di tempat publik.

Jika definisi cosplay yang dimaksud adalah cosplay spesifik terhadap karakter dari popkultur Jepang, kalian bahkan dapat menemukan contoh cosplayer yang menggunakan kostum karakter Jejepangan untuk niat yang baik dan berjiwa sosial.

Cosplay Akatsuki oleh Organisasi Akatsuki Afkar (sumber: halaman FB "Organisasi Akatsuki Afkar")

Awal 2020, kita melihat bagaimana cosplay Doctor dari Arknights digunakan David W. untuk mengirim bantuan penanganan COVID-19. Tidak berhenti di situ, ada juga adalah Organisasi Akatsuki Afkar, pemuda-pemuda Jawa Timur yang menggunakan cosplay Akatsuki dari Naruto untuk melakukan bakti sosial terhadap masyarakat setempat.

Dengan demikian, cosplay pun sebenarnya sudah umum dilakukan di tempat publik. Sejumlah elemen masyarakat telah menggunakan cosplay secara tidak langsung sebagai mata pencahariannya. Sejumlah aktivis sosial pun telah menggunakan cosplay sebagai kostum yang mereka gunakan untuk melakukan bakti sosial kepada kaum yang kurang beruntung.

Namun, bagaimana dengan cosplay di tempat publik yang dilakukan sekadar sebagai hobi saja?

Cosplay sebagai Hobi? Bisa Banget!

Jawabannya sudah ada di nama subjudul ini: Ya, kalian bisa banget cosplay  di tempat publik sebagai hobi.

Tempat publik adalah ruang bebas. Kalian boleh mengekspresikan apa yang kalian ingin kenakan di tempat publik, termasuk menggunakan kostum yang sesuai dengan hobi dan preferensi kalian. Toh, mengenakan kostum yang kalian sukai adalah bagian dari “kebebasan ekspresi,” salah satu hak asasi manusia utama.

Kalian cosplayer yang ingin bergaya seperti karakter Genshin Impact? Silakan kenakan cosplay Aether, Lumine, Venti, Raiden, Ningguang, dan karakter lain yang kalian sukai di mal-mal. Kalian airsofter yang punya banyak tactical gear atau camo numpuk di rumah? Silakan pakai di mana saja yang kalian sukai.

Selain itu, barangkali cosplay yang kalian lakukan dapat menjadi trendsetter ke depannya atau bahkan mengubah persepsi masyarakat mengenai kelaziman berpakaian. Kita semua telah melihat bagaimana gaya berpakaian anak muda hippie tahun 1960an merevolusi cara berpakaian di dunia: dunia tidak lagi hanya diisi oleh orang berpakaian “rapi” saja, tetapi juga oleh orang-orang berpakaian “bebas” dan warna-warni.

Tidakkah indah jika dunia terasa lebih beragam dan berwarna dengan berbagai jenis pakaian yang manusia kenakan?

Tantangan Utama: Cuaca, Kemudahan Berpakaian, dan Norma Mengakar

Namun, akan sangat idealis atau bahkan berangan-angan apabila saya dengan mudah bilang “kalian bisa banget cosplay  di tempat publik.” Mengapa demikian? Kita tidak boleh lupa adanya halangan untuk cosplay di tempat publik dari berbagai sisi. Halangan tersebut dapat saya ringkas menjadi tiga hal: cuaca, kemudahan berpakaian, dan norma yang mengakar di masyarakat.

Halangan pertama mungkin bukanlah suatu keheranan. Sebagai negara di zona khatulistiwa, cuaca di Indonesia didominasi oleh cuaca panas dan hujan. Kondisi demikian pun akan menyulitkan cosplay di tempat publik, khususnya di luar gedung. Adalah rahasia umum jika bahan pakaian untuk cosplay sangat tidak bersahabat untuk cuaca di luar gedung, terutama cuaca yang ekstrem seperti di Indonesia. Siap-siap saja bahan pakaian dan wig rusak karena terkena terik matahari atau air hujan.

Cosplay juga merupakan hobi yang memiliki kerumitan dalam mempersiapkannya. Secara material, harga satu set cosplay bisa mencapai jutaan rupiah. Kemudian, proses dandannya pun bisa memakan waktu puluhan menit atau bahkan berjam-jam, dari make up, memasang wig, hingga memakai kostumnya. Belum lagi jika menggunakan armor yang terkenal rumit dipakai. Kerumitan berpakaian tersebut pun menjadi penghalang cosplay di tempat publik yang tujuannya adalah hobi individu semata.

Yang terakhir mungkin agak kontroversial. Memang kebebasan berpakaian adalah hak asasi manusia, tetapi apabila bertentangan dengan norma masyarakat setempat efeknya akan sangat negatif bagi dunia cosplay, dari kecaman verbal hingga penurunan reputasi cosplay. Gunakan akal sehat saja: kalian tidak mungkin cosplay karakter berpakaian terbuka di tempat-tempat konservatif seperti Petamburan.

Kesimpulan: Do It!*

Sampailah kita di akhir tulisan ini. Kalau kita lihat dari awal, saya telah memaparkan seluruh plus minus dari wacana “cosplay di tempat publik.” Dengan demikian, bagaimana cara kita menyikapinya?

Kalau saya pribadi, saya tetap dukung upaya kalian yang ingin ber-cosplay di tempat publik. Dalam esensinya, tidak ada yang dapat menghalangi kalian untuk memakai apa pun yang kalian sukai. Jika ber-cosplay dapat memberikan kebahagiaan bagi kalian, saya pun akan turut senang.

Namun, tetap jangan lupakan hal-hal yang berpotensi menghalangi upaya cosplay go public yang ingin kalian lakukan. Siapkan peluang terburuk untuk cosplay di bawah terik matahari, apalagi di tengah cuaca tidak menentu Indonesia yang sering kali tiba-tiba hujan. Siapkan juga kesabaran dalam proses berpakaiannya, dari dandan hingga selesai.

Khawatir dengan cosplay yang bertabrakan dengan norma masyarakat? Kalian mungkin bisa coba cosplay yang dapat conform dengan norma tersebut. Siapa tahu masyarakat tersebut akan tertarik untuk mengetahui latar belakang cosplay kalian secara lebih dalam. Gunakan akal sehat saja.

Pada akhirnya, kalau kalian merasa telah paham terhadap tantangan-tantangan tersebut dan siap ber-cosplay di tempat publik, do it and make the world more colorful!

Penulis berterima kasih kepada Feryan Elvareza A. S./FSPlus dan Pinaぴな yang telah mengizinkan pemakaian fotonya untuk dijadikan thumbnail artikel ini.