Tahun 2019 sebentar lagi akan berakhir. Berakhirnya tahun 2019 ini juga dibarengi dengan selesainya dekade 2010-an. Saat yang tepat untuk mengingat pencapaian apa saja yang sudah kita lakukan selama 10 tahun terakhir. Dalam kesempatan ini, kita akan berkaca pada Doraemon, kartun anak sejuta umat.

Pertama hadir dalam bentuk komik 50 tahun lalu, kartun ini menggambarkan suasana kota Tokyo dekade 1970-an. Doraemon, robot kucing dari abad 22, datang ke masa itu untuk menolong Nobita yang malas dan lemah. Dalam kantong ajaibnya, Doraemon membawa berbagai macam alat untuk membantu kehidupan Nobita.

Pada saat masih kecil, kita sering membayangkan jika alat-alat Doraemon menjadi kenyataan. Nobita yang hidupnya serba dimudahkan, Dekisugi yang selalu mendapat nilai 100, atau Suneo yang tajir melintir. Tak ada salahnya membayangkan seperti itu. Toh, alat-alat itu sebagian besar sudah terwujud. Namun, kenapa rasanya kehidupan kita masih sama saja?

Nobita dan Kepraktisan Hidup

Kembali ke masa 90-an dan awal 2000-an, Nobita Nobi adalah sebuah nama yang harus dijauhi segala sifatnya. Malas, ceroboh, tidak bertanggung jawab, lemah, selalu mendapat nilai 0, dan suka tidur siang. Ia ditolong oleh Doraemon semata-mata untuk "memperbaiki keturunan", agar Sewashi, canggahnya (cucunya cucu), tidak sengsara.

Semakin kita tumbuh dewasa, semakin kita menghargai tidur siang. (Vol. 4, 1974, via Doraemon Hari Ini)

Ya, kita dapat tertawa pada masa itu karena nasib kita lebih mujur dibanding Nobita. Masih niat belajar, nilai yang setidaknya tidak 0, dan menolak keras tidur siang. Lama kelamaan, kita malah memiliki sebagian sifat-sifat Nobita itu. Mager dan tidak lagi peduli soal angka-angka akademik. Waktu tidur kita semakin larut malam. Tidur siang menjadi berkah kehidupan yang kini sudah langka.

Shizuka, Ciri Wanita Idaman

Bagi para bocah lelaki pada masa itu, sebagian berharap punya pacar atau istri seperti Shizuka Minamoto ke depannya. Rasanya tidak ada kata-kata buruk yang dapat diucapkan ke wanita sepertinya. Baik hati, cantik, penyayang hewan, keibuan, mau menerima Nobita apa adanya, dan masih banyak lagi hal-hal baik lainnya.

Shizuka juga cukup dekat dengan Dekisugi. Saat mengerjakan tugas bersama, Dekisugi selalu diundang dan dihidangkan banyak cemilan. Nilai Dekisugi turun dari 100 ke 90, Shizuka peduli. Saat Nobita dibully sekalipun, Shizuka tidak berbuat banyak.

Momen di mana Nobita pergi ke masa depan menyelamatkan Shizuka. (Episode 283)
Nobita punya banyak kekurangan. Dekisugi punya banyak kelebihan. Lantas, kenapa Shizuka memilih Nobita?

Singkat alasannya. Nobita mau berjuang. Di salah satu episodenya (dan juga tampil kembali di film Stand by Me), Nobita pergi ke masa depan untuk menyelamatkan Shizuka dari badai salju, walau risikonya mati kedinginan. Shizuka tahu akan kelemahan Nobita, tetapi ia juga khawatir akan masa depan Nobita tanpanya. Lagipula, meskipun Nobita dekat dengan banyak wanita di film-fimnya, Shizuka selalu menjadi tempat kembali. Dekisugi? "Maaf, dia sudah terlalu sempurna", ujar Shizuka.

Memang, pilihan yang tepat tak selamanya yang terbaik.

Suneo dan Budaya Panjat Sosial

Suneo Honekawa. Anak wong sugih yang hidupnya serba dimanja. Di usianya yang masih 10 tahun, ia mendapat uang saku sebanyak ¥5000 (Rp 1.500.000 dalam kurs saat ini) setiap bulannya. Dari uang orang tuanya, ia membeli berbagai barang mahal. Ia mengundang semua teman-temannya untuk melihat, kecuali Nobita.

Sampai jangkrik pun pamer. (Vol. 4, 1974, via Doraemon Hari Ini)

Melihat Suneo punya barang mahal dan canggih, Nobita pun iri. Sebagian alat-alat Doraemon dikeluarkan atas dasar itu. Sifat seperti ini malah mudah ditemui di masa sekarang. Panjat sosial. Lihat orang lain punya barang yang lebih bagus, iri, ingin juga. Dia lihat barang kamu lebih bagus, dia ingin yang lebih bagus lagi. Berhutang sana sini, pinjam uang teman sana sini, yang penting gengsi. Mengikuti gengsi memang tak ada habisnya.

Meskipun hidupnya bergelimang harta, Suneo tetaplah bocah. Ia aslinya lemah, cengeng, clueless, dan hanya bisa berlindung di balik Giant. Lagi lagi, sifat seperti ini sering kita temui di kehidupan saat ini. Orang-orang membangga-banggakan dirinya, membangun personal glory untuk menutupi kelemahan mereka. Padahal, kehidupan asli mereka tidak seindah yang dibayangkan orang.

Doraemon dan Alat-alatnya yang Sudah Terwujud

Sampai kita ke karakter terakhir dalam bahasan hari ini, siapa lagi kalau bukan karakter utama. Doraemon, datang jauh dari abad 22, membawa alat-alat canggihnya untuk membantu kehidupan Nobita. Baling-baling bambu, pintu kemana saja, senter pembesar, dan masih banyak lagi.

Mecha Maker, yang kini telah terwujud dalam bentuk 3D printer.

Banyak dari kita berharap agar alat-alat tersebut terwujud di dunia nyata. Tanpa kita sadari, sebagian besar alat tersebut sebenarnya sudah terwujud.

Salah satu barang tersebut adalah Konyaku Penerjemah. Jika agar ini dimakan, maka orang tersebut dapat memahami dan berbicara dalam bahasa lain. Pertama debut tahun 1981, teknologi tersebut kini sudah terwujud dalam bentuk Google Translate. Kalian dapat memotret atau menulis kata yang diinginkan, kemudian menerjemahkannya.

Contoh lainnya adalah Mecha Maker. Alat ini memungkinkan kita untuk memasukkan cetak biru sebuah barang, kemudian mesin ini akan mencetak barang tersebut. Barang ini sudah terwujud dalam bentuk 3D printer.

Dari sekian banyak alat Doraemon yang sudah terwujud, ada satu alat yang menarik perhatian penulis. Sebuah alat yang tidak hanya terwujud, tapi melaju lebih canggih dari yang digambarkan. Kotak serba guna namanya. Lihat gambarnya, dan kalian tahu sendiri alat tersebut sekarang menjadi apa.

Lihat gambarnya, dan kalian tahu sendiri alat tersebut sekarang menjadi apa.

"Jangan Selalu Bergantung Pada Alat!"

Ya, kalian mungkin mengingat kata-kata ini. Kalimat inilah yang sering diucapkan Doraemon saat Nobita memintanya mengeluarkan alatnya hanya karena masalah sepele. Dari menginginkan nilai 100, mendekati Shizuka, hingga balas dendam ke Giant dan Suneo, Nobita seringkali memaksa. Ia akan mengatakan "Doraemon tidak berguna" setiap Doraemon mengatakan kalimat itu.

Sebelum kalian melontarkan argumen "OK boomer" di kolom komentar, mari kita memahami konteks mengapa Doraemon berkata demikian.

Doraemon sudah memperingkatkan kalian. (via Doraemon Hari Ini)

Masih ingat bagaimana Nobita meminta alat-alat Doraemon secara paksa? Terkadang, alat tersebut malah membawa sial bagi Nobita, karena ia menggunakannya sembarangan. Padahal, Doraemon sudah memperingatkan dari awal agar hati-hati. Sama halnya dalam kita menggunakan teknologi.

Contoh terdekat dapat dilihat pada orang-orang tua yang memegang gawai. Mereka menelan mentah dan menyebarkan informasi begitu saja, tanpa mencari tahu kebenaran dari informasi tersebut. Kamera action yang seharusnya digunakan untuk aktivitas outdoor, malah digunakan untuk mengintip ruang ganti wanita.

Kembali ke makna harafiah kalimat di atas, Doraemon mengucapkan hal demikian karena khawatir akan Nobita yang terlalu bergantung pada alat-alatnya. Hal ini nantinya akan membuat Nobita lemah dan tidak mandiri, seperti halnya anak muda yang kecanduan gawai dan tidak paham akan lingkungan sekitar.

Baik boomer atau milenial, Doraemon sudah memperingatkan kalian.

Untuk Dunia yang Lebih Baik

Mungkin kalian bertanya-tanya, bagaimana seorang Fujiko F. Fujio, 50 tahun lalu, dapat membuat cerita yang masih relevan hingga saat ini?

Sedikit konteks, mari kita kembali ke Jepang di era 1960-an. Jepang pada masa itu sedang mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat. Rakyat Jepang optimis akan masa depan negara mereka, maju dan menjaga perdamaian dunia. Karya-karya di masa ini pun turut serta, di antaranya Astro Boy (Osamu Tezuka) dan Kamen Rider (Shotaro Ishinomori).

Fujiko F. Fujio dan Doraemon, karakter ciptaannya.

Osamu Tezuka dengan Astro Boy-nya memiliki pengaruh besar dalam kehidupan Hiroshi Fujimoto muda. Berkatnya, ia bersemangat meniti karirnya di dunia komik. Ia kemudian bermitra dengan Mooto Abiko untuk membuat komik bersama. Dengan nama pena bersama Fujiko Fujio, lahirlah serial Doraemon.

Duo Fujiko Fujio kemudian pecah kongsi di tahun 1987. Alasannya? Perbedaan idealisme. Mooto Abiko (Fujiko Fujio A.) lanjut berkarya dengan komiknya yang bertema dark. Hiroshi Fujimoto (Fujiko F. Fujio) tetap pada pendiriannya untuk membuat komik yang ramah untuk semua umur. Hal ini terlihat jelas dalam komik Doraemon. Menghibur, mengandung nilai moral, tetapi tetap menggambarkan optimisme masa depan.

Untuk menutup tahun 2019 ini, mari kita menyanyikan bersama-sama lagu penutup kartun Doraemon ini. Hitung-hitung sekalian nostalgia.

Masa indah sangat banyak kota impian
Menjadikan satu-satu kita wujudkan
Kita hidup di bumi ini
Pagi ini esok dan seterusnya