Nama Saga mungkin terdengar tidak asing seiring hadirnya serial anime bertajuk Zombieland Saga yang bertemakan sekelompok zombi-idola yang dihidupkan kembali untuk tujuan meraih popularitas Saga seantero Jepang.

Selebihnya, Saga merupakan sebuah daerah yang belum setenar Tokyo atau kaya akan budaya seperti Kyoto, bukan juga penghasil komoditas tertentu seperti Hokkaido dan Aomori, tetapi melalui serial ini ditanamkan narasi bahwa Saga memiliki sejarah yang hebat untuk bisa berdiri di masa kini menjadi salah satu prefektur otonom di Jepang.

Lantas, mari meninjau lebih dalam sejarah Prefektur Saga melalui musim kedua serial ini, Zombieland Saga: Revenge episode 8 dan 9, serta kaitannya dengan sejarah Saga sebenarnya.

PERHATIAN: Artikel berikut ini mengandung beberan (spoiler) dari Zombieland Saga: Revenge. Mohon kebijaksanaan pembaca sebelum melanjutkan.

Bagaimana Zombieland Saga Memulai Narasi Sejarahnya?

Terdapat dua cour pada kedua episode ini dengan judulnya "Insiden Saga" yang menceritakan bagaimana latar belakang dari seorang Oiran bernama Yugiri. Oiran sendiri memiliki tugas untuk menyenangi atau menghibur majikan yang telah melakukan kontrak dengan agen penyalur.

Yugiri dapat dikatakan sebagai "Densetsu no Oiran" (Oiran Legendaris) karena pelayanannya yang begitu berbeda, ditambah kepedulian dan kasih sayang yang Yugiri berikan kepada majikannya menjadikan dirinya primadona yang diinginkan siapa pun, membuat harga kontraknya melambung tinggi, dan akhirnya tidak seorang pun dapat mengontrak Yugiri hingga dirinya memutuskan mengajarkan keterampilan menari dan kemahiran pengelolaan rumah tangga kepada Oiran lainnya.

Yugiri sebelum berangkat menuju Saga.

Suatu waktu di tahun ke-15 Meiji (1882 M), seorang pangreh praja di Saga akhirnya dapat mengontrak Yugiri, sehingga dibawalah Yugiri menuju Saga, sebuah wilayah yang tidak pernah diketahui maupun dikunjungi sebelumnya, terlebih Yugiri berasal dari Edo yang menjadi pusat Jepang, tempat pemerintahan Bakufu atau Keshogunan Tokugawa, sehingga dia seharusnya tidak memiliki alasan untuk mengunjungi Saga.

Setelah setahun keberadaannya di Saga, sang pangreh praja tersebut meninggal dengan memberikannya rumah beserta pekarangannya kepada Yugiri, tetapi Yugiri hidup tanpa mengenal siapa pun selain mengajarkan kembali keterampilan menari bagi penduduk Saga.

Kemudian, dirinya memberanikan diri ke luar melihat kondisi Saga yang riuh-pikuk, tetapi monoton, dan di sinilah kita disuguhkan keberadaan dua tokoh fiktif yang menjadi alur penceritaan sejarah Saga; Yugiri bertemu dengan tokoh bernama Momozaki Kiichi.

Yugiri bertemu dengan Momozaki Kiichi.

Momozaki Kiichi dan Legenda Saga, Xu Fu

Kiichi merupakan seorang pemuda yang diadopsi oleh bartender bernama Joufuku yang awal kedatangannya merupakan seseorang dari luar Saga dengan kemampuan ilmiahnya berupa penciptaan obat-obatan untuk kekekalan abadi dan menghidupkan kembali mayat.

Namun, karena terdapatnya "Kutukan Saga", maka kekuatan dirinya berikut kemampuannya ditentukan oleh keberadaan Saga sendiri. Saga yang menghilang akan membuat dirinya lebih tua dan kehilangan pula kemampuannya, dan begitu pun sebaliknya.

Itulah alasan mengapa dirinya saat menjadi bartender di bar terlihat lebih muda dan kuat. Walaupun begitu, efek sampingnya menjadi Dewa Saga memunculkan nantinya apa yang disebut sebagai Sagako, semacam roh jahat yang tercipta dari ketidakstabilan kekuatan di Saga. Penceritaan khusus mengenai Sagako dapat dilihat pada cour Yamada Tae.

Kehadiran Joufuku ini diambil dari sebuah penamaan bahasa Mandarin, Xu Fu, yaitu seorang penjelajah sekaligus ilmuwan dari Dinasti Qin. Dinasti Qin atau Chin berada pada pembabakan waktu antara 221 hingga 206 SM yang dipimpin oleh Kaisar Qin Shi Huangdi dan Qin Er Shi di bagian Tiongkok Utara setelah runtuhnya Dinasti Zhou yang cakupannya berupa Tiongkok daratan nan luas, tetapi terpecah-pecah menjadi negara-negara kecil karena pemimpin lokal saling berusaha memperluas wilayah memecah Zhou menjadi tujuh negara baru, salah satu negara tersebut adalah Dinasti Qin.

Xu Fu atau Joufuku mendapatkan mandat dari Kaisar Qin Shi Huangdi untuk meramu obat kekebalan abadi yang menjadikannya sebagai seorang penjelajah. Menurut berita Tiongkok bernama Shiji susunan Sima Qian, seorang sejarawan yang hidup pada masa Dinasti Qin menyusun penulisan sejarah Tiongkok kuno yang menjadi acuan dalam kontribusi sejarah Tiongkok pada masa kuno.

Berita tersebut menjelaskan pada tahun 210 SM, ketika Qin Shi Huangdi menanyainya, Xu Fu mengaku adanya makhluk laut raksasa yang menghalangi penjelajahannya, dan meminta pemanah untuk membunuh makhluk itu. Qin Shi Huang setuju, dan mengirim pemanah untuk membunuh seekor ikan raksasa. Xu kemudian berlayar lagi, tetapi dia tidak pernah kembali dari perjalanan ini.

Kemudian, menurut sumber lain dari Kabar Tiga Negara yang disusun oleh sejarawan pada masa Dinasti Han bernama Chengzuo menafsirkan bahwa Xu Fu mendarat di Danzhou yang ditafsirkan sebagai Jepang dan dirinya melihat Gunung Penglai yang ditafsirkan sebagai Gunung Fuji melalui kesamaan karakteristiknya.

Kemudian, narasi lainnya menjelaskan bahwa Xu Fu adalah Kaisar Jimmu berdasarkan bukti setelah kedatangannya di Jepang, dan Periode Yayoi tiba-tiba dimulai. Ibukota pertama Jepang, Nara, kurang lebih merupakan salinan ibu kota Tiongkok kuno dengan kebudayaan dari Dinasti Qin dan juga fakta bahwa penggunaan bahasa Mandarin kuno sebagai bahasa umum keluarga kekaisaran sampai akhir periode Heian mendukung narasi ini.

Patung Xu Fu atau Joufuku di Prefektur Wakayama.

Terlepas dari benar atau tidaknya narasi tersebut yang memerlukan penelitian lebih lanjut, Xu Fu atau Joufuku adalah orang yang sangat penting dalam sejarah Jepang. Kehadirannya dianggap sebagai dewa obat-obatan, dewa penanaman padi, bahkan dewa sutra. Bahkan untuk glorifikasinya, terdapat sebuah bangunan bernama Taman Joufuku di Prefektur Wakayama, Jepang.

Sementara itu, Xu Fu juga menjadi sebuah legenda yang diagungkan di Saga. Ketika Xu Fu datang ke Laut Ariake -sebuah laut yang berbatasan dengan Saga, Fukuoka, dan Nagasaki- dirinya memutuskan untuk mengapungkan cangkir di lautan tersebut. Dengan demikian, tempat di mana ia dikatakan telah mendarat dikenal sebagai "Bubai", yang secara harfiah berarti "cangkir mengambang".

Kedatangannya ke Saga adalah untuk menuju Gunung Kinryu, di mana bertemu dengan seorang pertapa dan memperoleh ramuan kehidupan abadi. Ramuan itu konon dibuat dari tanaman yang disebut Furofuki, yang masih tumbuh di Gunung Kinryu hingga saat ini. Nama "furofuki" konon berasal dari kata "furofushi" (不老不死) yang berarti "tidak menjadi tua atau mati" dalam bahasa Jepang serta menurut narasi lainnya, Xu Fu menjadi pemrakarsa berdirinya tanah Saga sehingga menjadi legenda bagi wilayah Saga.

Kembali ke penceritaan anime, Momozaki Kiichi digambarkan sebagai cucu adopsi oleh Joufuku yang begitu mempedulikan kakeknya, sehingga ketika Saga menghilang, Kiichi berusaha untuk menyadarkan kembali orang-orang di sekitarnya bahkan ikut ke dalam anggota kelompok Pemberontakan Saga untuk menghindari wilayah tersebut dari "Kutukan Saga" demi keselamatan kakeknya di mana usahanya terus berlanjut setelah pemberontakan dipatahkan dengan menyebar pamflet-pamflet untuk mendukung gerakan pemulihan kembali Saga yang berhasil merekrut beberapa orang.

Pemberontakan Saga dan Penyatuannya dengan Nagasaki

Naomasa Nabeshima menjadi penguasa ke-10 Wilayah Saga (Han) pada usia 17 tahun dengan menjadi penguasa tanah (Daimyo) terakhir di mana pada Periode Edo yang mengacu pada periode yang berlangsung sekitar 260 tahun; mulai dari tahun 1603, saat Ieyasu Tokugawa menjadi shogun, sampai munculnya panglima tertinggi yang mendirikan pemerintahan militer atau Bakufu di Edo (sekarang Tokyo) pada tahun 1868.

Selama waktu itu, kala masa shogun, terdapat istilah "daimyo", yakni penguasa wilayah lokal seperti dari tuan tanah yang berhak atas penggunaan dan kekuasaannya meliputi daerah tersebut secara meluas dan wilayah kekuasaan daimyo disebut sebagai "Han" yang mengacu pada domain yang diperintah oleh penguasa lokal, yang disebut daimyo dan sistem pemerintahannya.

Keshogunan juga melarang agama Kristen dan mitra dagang terbatas ke Belanda, Cina, Korea, dan Ryukyu (sekarang Okinawa). Membangun masyarakat yang tertutup dan diatur secara ketat menghasilkan periode damai selama 260 tahun dan perkembangan masyarakat dan budaya yang unik yang dikenal sebagai politik isolasi.

Saga telah menjadi identitas tersendiri selama di bawah kekuasaan para daimyo karena hak atas wilayah masih kurang dari pengawasan yang  disebabkan pemerintahan Bakufu berpusat di Edo dan hanya mengembangkan Edo lebih maju, meskipun di sisi negatifnya pada masa Bakufu juga banyak terdapat perang antarklan dari keluarga pemilik tanah melawan pemilik lainnya dengan tujuan memperluas wilayah yang dipertuannya sehingga Saga pada masa ini hanya selalu berpindah tuannya.

Namun, memasuki era Restorasi Meiji atau disebut juga Bakumatsu (Akhir dari Bakufu), Jepang pada abad ke-19 berada pada titik balik di mana selama Restorasi Meiji, politik nasional Jepang mengalami perubahan dramatis dari sistem feodal, di mana samurai dan peran daimyo atas kepemilikan tanah dominan, menjadi pemerintahan modern yang berupa pengelolaan wilayah terpusat.

Tokoh-tokoh dari Saga-han berperan aktif dalam banyak perkembangan, seperti pemindahan ibu kota ke Tokyo, pembukaan Hokkaido, pengenalan praktik medis, dan pembentukan sistem peradilan dan pendidikan. Mulainya masa Meiji disebabkan oleh Shogun Tokugawa Yoshinobu mengembalikan kekuasaan kepada kaisar pada tahun 1867, sehingga pada tahun berikutnya yaitu 1868, Kaisar Meiji naik tahta dan memulai era modernisasi yang disebut zaman Meiji.

Dalam penerapan politik Meiji, penghapusan sistem feodal yang berkaitan dari hasil pemerintahan Bakufu mulai digencarkan, salah satunya adalah penghapusan sistem daimyo dan wilayah "han" untuk meniadakan kekuasaan tuan tanah atas wilayah-wilayah Jepang dengan kewajiban pemerintah kekaisaran kepada daimyo untuk mengembalikan tanahnya kepada Kaisar Meiji agar dapat dibentuk pemerintahan terpusat dari Tokyo bersifat oligarki terhadap wilayah-wilayah Jepang yang diberikan.

Kehilangan tanah kekuasaannya, tidak serta-merta para daimyo atau keluarga dari pemegang "han" menerima pelepasan wilayahnya kepada keluarga Kekaisaran Meiji. Penguasa Hizen-han dan Saga-han, Eto Shinpei dan Shima Yoshitake mengumpulkan para masyarakat yang turut menentang berdirinya pemerintahan baru Meiji. Provinsi Hizen yang meliputi Kyushu dan Saga dengan populasi samurai dan daimyo yang besar merupakan pusat kerusuhan melawan pemerintah baru tersebut.

Samurai yang lebih tua membentuk kelompok-kelompok politik yang menolak perluasan wilayah dan westernisasi di dalam negeri, dan menyerukan kembalinya tatanan feodal lama, yakni bentuk "han". Samurai muda mengorganisir kelompok partai politik bernama Seikanto serta menganjurkan pembentukan kembali pemerintahan militerisme sebagaimana pada masa keshogunan sebelumnya.

Pada tanggal 16 Februari 1874, kelompok militan tersebut mulai berusaha mengambil alih gedung-gedung pemerintahan dan istana yang telah diisi pejabat tunjukan kaisar guna menekan Okubo Toshimichi selaku Menteri Dalam Negeri pemerintahan Meiji untuk memindahkan pemerintahannya ke Hakata, Fukuoka dan menyatakan perang terhadap Saga yang disusul dengan kedatangan pasukan pemerintah pada tanggal 19 Februari dapat memukul pasukan militan Eto, sehingga pada tanggal 22 Februari, setelah kalah dalam pertempuran di perbatasan Saga dan Fukuoka, Eto memutuskan bahwa perlawanan lebih lanjut hanya akan mengakibatkan kematian yang tidak perlu, dan membubarkan pasukan militannya. Eto dan Shima dipenggal atas perintah Okubo dan kepalanya yang dipenggal ditempatkan di depan umum dianggap sebagai hukuman yang merendahkan bagi seseorang dari kelas samurai.

Pemerintahan Kekaisaran Meiji kemudian memutuskan dalam dua tahun berikutnya perlu diadakan penyatuan wilayah yang memberontak terhadap wilayah yang dikuasai oleh pemerintah. Akhirnya pada tahun 1876, Saga dan Nagasaki digabung ke dalam sebuah wilayah baru bernama Prefektur Mizuma yang kemudian Mizuma kembali diubah menjadi Nagasaki, sementara Saga masih berada dalam cakupan Prefektur Nagasaki yang berbatasan dengan Prefektur Fukuoka.

Dalam serial anime, diambil latar Saga pada tahun 1883, yang berarti Saga sebagai wilayah dalam Prefektur Nagasaki sehingga membuat Joufuku menjadi lebih tua dan penyakitan akibat memudarnya identitas Saga yang menjadi motivasi Momozaki Kiichi dalam usahanya kembali mendapatkan identitas Saga sebagai wilayah yang independen bersama dengan Yugiri yang terenyuh melihat kesungguhan Kiichi dan perlakuan terhadap dirinya sebagai seorang wanita untuk pertama kalinya.

Kematian Yugiri dan Bebasnya Saga

Kiichi yang kala itu terus berusaha memperjuangkan identitas Saga seiring dengan kondisi kakeknya, Joufuku yang semakin kritis, berkumpul sebagai orang-orang dalam golongan perjuangan Saga yang merupakan mantan pasukan militan Eto dan Shima yang selamat dari peristiwa Pemberontakan Saga beberapa tahun yang lalu. Namun, di samping itu, tabiat dari karib dekatnya, Shojiro Ito, semakin terlihat ketika pergerakan Kiichi yang dianggapnya hanya sebagai rengekan anak kecil semata mulai berubah menjadi pergerakan nyata.

Yugiri menyadari nasibnya ke depan.

Dalam cour kedua, peran Ito semakin mendominasi sebab di samping sahabatnya, Ito memiliki dilema karena ditugaskan oleh pemerintah dalam memata-matai pergerakan pemberontak Saga dari keaktifannya kembali. Ito bersama seseorang yang menyamar sebagai tuna wisma mengumpulkan informasi terkait pergerakan tersebut. Kiichi yang terpandang sebagai penggerak yang dianggap remeh oleh Ito dalam misinya untuk hidup bersama Kiichi, mulai menekankan secara lugas bahwa impian Kiichi dalam membebaskan Saga harus dilupakan dan dibuang karena ketidakstabilan negeri masih diperhitungkan, ditambah Ito yang telah menjadi sahabat Kiichi tidak ingin karibnya diburu oleh pemerintah bahkan dirinya sendiri.

Anggota pergerakan pembebasan Saga semakin tidak terkendali karena sebagian besar merupakan mantan militan yang menganggap bahwa serangan sekalipun tidak mempan dalam membebaskan Saga, pandangan Kiichi terhadap perlawanan secara kooperatif pun akan menjadi mustahil. Puncaknya penyerangan secara tiba-tiba tanpa melibatkan Kiichi terjadi dalam malam kunjungan Gubernur Nagasaki ke Saga untuk dibunuh.

Usaha tersebut digagalkan Ito. Ito berpikir bahwa penyerangan tersebut adalah akal dari Kiichi yang datang setelah terbunuhnya pasukan militan, sehingga Ito mau tidak mau menyerang Kiichi karena ancaman tersebut. Ito selalu ingin melihat Kiichi memenuhi tujuannya menyelamatkan Saga, tetapi sayangnya baginya, pekerjaannya memaksanya untuk menghindari pemberontakan baru. Pada akhirnya Ito memilih sampai mengorbankan dirinya untuk Kiichi membangun Saga baru terbunuh di tangan Yugiri.

Yugiri sebelumnya telah mengetahui latar belakang dan dari pesannya Ito yang diberikan kepadanya untuk menyelamatkan Kiichi, akhirnya memutuskan menyiapkan pula segala nyawanya demi orang yang dipedulikannya. Selain menyiapkan surat wasiat, Yugiri membuat surat permohonan kepada petinggi pemerintah Meiji yang berasal dari Saga berdasarkan pengumpulan petisi untuk pembebasan Saga menjadi prefektur independen karena sebelumnya dirinya adalah Oiran dari pangreh praja yang berarti memiliki koneksi terhadap pemerintahan.

Yugiri mengirim petisi dan permohonan kepada pejabat pemerintahan Meiji yang berasal dari Saga.

Yugiri yang telah menyiapkan segalanya memaksa Kiichi pergi menuju Nagasaki dengan menjadi seseorang yang baru agar tidak ditangkap pasukan pemerintah. Dirinya juga turut mengirimkan surat wasiat kepada Joufuku yang seiring membaik sebagai tanda bahwa akan kembalinya identitas Saga. Setelah membunuh Ito, Yugiri ditangkap dan dipenggal atas kejahatan pemberontakan terhadap pemerintah.

Pada kenyataan sejarah yang sebenarnya, mulai tahun 1882 (15 Meiji) terdapat sebuah gerakan untuk menghidupkan kembali Prefektur Saga terjadi dan pada 9 Mei 1883 (16 Meiji), wilayah Saga kemudian merdeka dari Prefektur Nagasaki dan menjadi wilayah Prefektur Saga saat ini melalui petisi-petisi yang digalang oleh pergerakan kepada masyarakat-masyarakat Saga. Tanggal tersebut menjadi sebuah tanggal penting bagi Prefektur Saga sebagai hari di mana terbentuknya kembali Saga sebagai wilayah independen hingga saat ini sekaligus pembentukan Kota Saga dalam prefektur.

Petisi tersebut juga menjadi sebuah dorongan bagi pengubahan ulang undang-undang kemiliteran yang menjadikan berdirinya pengadilan atas kejahatan yang berlaku dalam undang-undang tersebut di mana sebelumnya berlaku hukuman tanpa peradilan berupa pemenggalan kepala kriminal berat.

Foto dari kiri ke kanan: Ito, Yugiri, dan Kiichi.

Setelah Yugiri kembali dihidupkan sebagai zombi, baik Joufuku maupun dirinya masih mengenal satu sama lain, bahwa Yugiri yang menjadi bagian Franchouchou merasa kini adalah saatnya dia menggantikan tugas Kiichi dalam menyelamatkan Saga melalui kegiatan idol. Pertemuan tersebut tidak hanya menjawab asal-usul Yugiri yang telah menjadi zombi tersebut, tetapi di sisi lain dapat menggambarkan perjalanan sejarah Saga yang secara fragmental dengan beberapa dukungan tokoh-tokoh fiktif tersebut dapat digunakan untuk memperkaya alur sejarah yang berbasis dengan fakta.

Sumber: