Gabungan kepolisian dari Prefektur Kyoto, Yamaguchi, Shizuoka, Mie, dan Shimane mengumumkan pada hari Rabu kemarin (31/1) bahwa mereka telah menangkap lima warga negara Tiongkok atas tindakan melakukan penerjemahan dialog dari manga dan gim asal Jepang ke dalam bahasa Tionghoa untuk distribusi yang tidak resmi. Berdasarkan keterangan dari polisi, setidaknya dua tersangka mengakui perbuatannya. Para tersangka yang berada di rentang usia mulai 23 hingga 28 tahun ini diduga sebagai bagian grup penerjemah yang mendistribusikan sejumlah karya seperti manga, anime, dan materi lainnya dalam bahasa Tionghoa secara daring.

Dua dari kelima tersangka ini merupakan seorang mahasiswi peneliti dari Universitas Nagoya yang tinggal di Nagoya dan seorang mahasiswi pascasarjana Universitas J. F. Oberlin yang tinggal di kota Sagamihara. Mahasiswi dari Nagoya tersebut dituduh menerjemahkan manga Yuki Ochimura ni Ojō-sama! (sebuah manga karya Hiro Fujiwara yang kisahnya merupakan crossover dari Kaichou wa Maid Sama dengan seri Yuki wa Jigoku ni Ochiru no ka? yang juga merupakan buatannya) dari majalah manga bulanan Desember 2016 hingga September 2017 tanpa seizin pihak terkait (gambar di bawah). Manga ini diterbitkan melalui majalah LaLa.

Sementara itu, sang mahasiswi pascasarjana dikenai tuduhan telah menerjemahkan secara ilegal dialog dari para karakter dalam gim yang berkaitan dengan manga Yu-Gi-Oh! mulai dari Januari 2015 hingga Januari 2016. Asahi Shimbun memberikan informasi bahwa judul gim ini adalah Yu-Gi-Oh! Arc-V Tag Force Special (gambar di bawah). Mereka yang tertangkap adalah pihak pertama yang mempublikasikan hasil mereka kepada anggota dari grup penerjemah. Empat tersangka secara sukarela bekerjasama di dalam investigasi ini, yang bertujuan untuk melawan pelanggaran hak cipta.

Menurut kepolisian, grup penerjemah ini terdiri dari para sukarelawan secara daring. Promotor dan pimpinan grup ini mengumpulkan sejumlah anggota dari board daring dan tempat lainnya, lalu meminta mereka untuk penerjemahan atau sekadar melakukan pendistribusian materi. Dua tersangka wanita yang telah disebut sebelumnya bertanggung jawab untuk penerjemahan. Mereka dituduh telah mengunggahnya di Weibo, layanan media sosial ternama asal Tiongkok yang fungsinya kira-kira serupa Twitter, dan hasil terjemahan ini dapat dibaca serta diunduh di situs lainnya.

Pihak kepolisian menambahkan bahwa grup ini menerjemahkan manga, gim, dan majalah gim asal Jepang untuk didistribusikan kepada publik melalui situs web Tiongkok mulai dari Januari 2015 hingga Januari 2018. Salah satu judul yang disebutkan adalah manga Kimi ni Todoke karya Karuho Shiina. Para anggota grup penerjemah ini dituduh telah menerjemahkan lebih dari 15.000 karya manga tanpa izin. Unit investigasi gabungan polisi mencari tahu apakah kedua tersangka yang telah disebutkan di atas terlibat dalam penerjemahan karya lainnya.

Informasi tambahan pun didapatkan pada keesokan harinya (1/2). Asosiasi untuk Hak Cipta Perangkat lunak Komputer asal Jepang melaporkan bahwa salah satu tersangka lainnya adalah seorang karyawati asal Niiza di Prefektur Saitama, yang telah menerjemahkan bagian ke-123 serta bagian akhir dari manga Kimi ni Todoke. Kini, kepolisian dari Prefektur Kanagawa, Ishikawa, Gifu, dan Shiga juga ikut terlibat dalam menangani kasus ini.

Asosiasi ini juga melaporkan hal lainnya. Jika para tersangka ini terbukti bersalah, maka mereka akan menghadapi hukuman sepuluh tahun kurungan penjara, denda sebesar 10 juta yen (sekitar Rp1.221.450.000), atau keduanya. Para tersangka juga dapat menghadapi gugatan hukum dengan retribusi tambahan untuk penghancuran dan perintah untuk menghapus berkas yang telah dibuat sebelumnya.

Pada 2013, penyelidikan dari Badan Kepengurusan Kebudayaan Jepang (Bunkachou) menyatakan bahwa distribusi tanpa izin untuk manga, anime, dan gim asal Jepang di situs web Tiongkok setidaknya telah mengantarkan kerugian sebesar 3,8 triliun yen (sekitar Rp64.151.000.000.000). Sungguh sebuah angka yang sangat banyak.

Sumber: Anime News Network