Hari Valentine sudah dekat, banyak perbincangan di Jepang tentang Giri Choco, atau “Coklat Obligasi” yang akan diberikan perempuan Jepang ke temannya dengan alasan pertemanan dan Honmei Choco, coklat yang akan diberikan ke laki-laki yang mereka cintai. Namun, sebuah survei terbaru dari perusahaan kudapan manis Lotte menunjukkan ada tipe coklat lain yang ternyata juga menimbulkan perbincangan di antara para perempuan: Gyaku Choco.

Gyaku adalah kata bahasa Jepang yang berarti “kebalikan”. Gyaku choco merujuk pada kebalikan dari tradisi perempuan yang memberikan coklat ke laki-laki saat Valentine di Jepang. Singkatnya, gyaku choco adalah coklat yang diterima oleh seorang perempuan dari laki-laki di hari Valentine. Walaupun keberadaannya seolah menentang tradisi lama Valentine, gyaku choco justru mulai lumrah terjadi dalam beberapa tahun terakhir ini.

Survei yang mengambil sampel dari 2400 laki-laki dan perempuan berusia 10 sampai 69 tahun ini berisikan pertanyaan-pertanyaan kepada perempuan yang menerima gyaku choco tentang bagaimana perasaan dan respon terhadap coklat yang mereka terima. Ternyata, 96.1% dari sampel menyatakan sangat bahagia ketika mereka atau pasangan mereka (bagi sampel laki-laki) menerima coklat saat Valentine. Ketika mereka (para sampel perempuan) diajukan pertanyaan lain mengenai dari siapa mereka ingin menerima gyaku choco, 45.4 persen menginginkan coklat dari suami atau pacar mereka, dan 21.3 persen mengharapkan dari teman laki-laki dan 9.2 persen menginginkan putra mereka memberikan mereka kudapan manis tersebut pada tanggal 14 Februari.

Namun, ada satu pertanyaan yang tidak ditanyakan dalam survei ini. Apakah gyaku choco berpengaruh dengan White Day? Tanggal 14 Maret di Jepang adalah hari dimana para laki-laki untuk membalas kembali hadiah coklat yang mereka terima saat Valentine. Apakah memberikan coklat ke perempuan saat hari Valentine dihitung sebagai hadiah mereka untuk White Day? Apakah laki-laki tetap akan dituntut untuk memberikan lagi hadiah sebulan kemudian? Bagaimanakah jika laki-laki memberikan seorang perempuan coklat saat Valentine, apakah perempuan tersebut harus membalas dengan memberikan gyaku choco pada White Day? Atau mereka semua mendapat dua hadiah coklat?

Dengan budaya dan etika Jepang yang mempunyai peraturan tidak tertulis tentang memberikan hadiah dan menunjukkan penghormatan kepada seseorang, pertanyaan-pertanyaan tersebut mungkin membuat gyaku choco tidak menjadi bagian penting dari Hari Valentine dalam waktu dekat. Namun, pendapat masyarakat Jepang tentang coklat Valentine, Giri, dan lain lain, terus berkembang, bukan tidak mungkin jika di masa depan akan semakin banyak perempuan menerima gyaku choco. 

Penulis: Aditya Putera T.

Sumber: