Terlepas dari berbagai drama-drama dan blunder yang ada, Hololive tetaplah agensi yang hebat. Dalam kurun waktu tiga tahun saja, Hololive sukses melesat, dan juga turut membuktikan konsep Virtual Youtuber memanglah sesuatu yang menjanjikan.

Sama seperti produk hiburan Jepang pada umumnya, Hololive mengawali karirnya di pasar Jepang, dengan bahasa Jepang sebagai satu-satunya bahasa pengantar. Meskipun demikian, hal ini tak menghentikan audiens luar Jepang untuk menikmati tayangan Fubuki, Matsuri, Pekora, dan kawan-kawannya. Tak sedikit penggemar yang menerjemahkan video-video mereka agar dapat lebih diterima oleh masyarakat setempat.

Melihat peluang pasar yang besar ini, Hololive mulai merambah pasar internasional. Pertama, menguasai pasar Tiongkok. Karakter-karakter Hololive juga live streaming di Bilibili. Tak lupa ada Hololive CN yang kini kandas. Last but not least, kolaborasi dengan gim Azur Lane yang saat itu naik daun. Inilah salah satu faktor yang membuat Hololive melesat, mengalahkan Nijisanji dalam prosesnya.

Kita tentu sudah tahu apa yang terjadi dengan keberadaan Hololive di Tiongkok. Beruntung, COVER sudah melirik pasar lain. Negara-negara Amerika dan Eropa, yang pasar simp-nya didominasi oleh Twitch streamer, terlihat berpotensi. Jadilah Hololive EN, di mana kelima karakternya telah melewati angka 500.000 subscriber. Salah satu karakternya, Gawr Gura, kini telah menyentuh angka 1,5 juta subscriber, menjadikannya sebagai karakter Hololive terpopuler.

Di antara kedua ekspansi ini, ada Hololive Indonesia. Awalnya, kehadiran mereka tak terlalu dilirik oleh basis penggemar internasional. Ketenaran mereka dengan audiens Hololive internasional baru mulai terlihat dalam dua bulan terakhir, terbantu dengan kepiawaian Moona bermain Minecraft serta video pendek dari Risu bertajuk Nonstop Nut November.

Sembari merayakan kehadiran Hololive Indonesia generasi kedua, mari kita memikirkan kembali sebuah pertanyaan. Kenapa Hololive memilih Indonesia?

Mari Bicara Data

Berisi 270 juta manusia, Indonesia adalah negara dengan penduduk keempat terbanyak di dunia. Namun, populasi besar tak langsung menjamin kesuksesan. Buktinya, Nijisanji India bisa dikatakan gagal, padahal penduduk India kedua terbanyak setelah Tiongkok.

Mari kita persempit cakupan kita, yakni orang-orang yang menggemari anime/manga, sebut saja otaku. Beberapa artikel di Internet telah menyebut sejumlah negara yang minatnya terhadap anime paling tinggi, di mana Indonesia adalah salah satunya.

Menurut berbagai sumber, Indonesia masuk dalam 10 besar otaku terbanyak. Benarkah?

Meskipun demikian, data ini tak semerta-merta bisa dijadikan alasan kuat. Tidak ada tolok ukur yang jelas antara satu sumber dengan sumber lain. Sebagian menggunakan hasil pencarian Google tentang anime, satunya lagi menggunakan 'survei' yang hanya diikuti oleh 500 orang. Budaya otaku di Indonesia memang populer, dan dapat dijadikan pertimbangan oleh COVER. Tetapi, data yang kita butuhkan tak cukup sampai di sini. Kita perlu cakupan yang lebih sempit lagi.

Berikut ini adalah statistik dari beberapa talenta Hololive JP. Pertama, ada Shirakami Fubuki, di mana meme Scatman-nya turut mengantarkan audiens barat menjadi fans Hololive. Penggemar asal AS memiliki komposisi 20%, di bawah Jepang 27%. India 10%, dan Indonesia sebanyak 9%.

9% penggemar Shirakami Fubuki berasal dari Indonesia.

Kedua, ada Natsuiro Matsuri, di mana 6% penggemarnya berasal dari Indonesia (peringkat 4). Ketiga, Akai Haato/Haachama, 9% (peringkat 4). Di beberapa Vtuber Hololive yang mayoritas penggemarnya berasal dari Jepang, seperti Sakura Miko dan Usada Pekora, Indonesia masih muncul di chart, menduduki peringkat 4 di keduanya (Miko 2%, Pekora 1%).

Meskipun persentase penggemar Hololive asal Indonesia masih terbilang minor dibanding penggemar Jepang ataupun negara barat, keberadaan Indonesia di chart tersebut tak bisa dianggap remeh. Namun, data-data itu saja masih belum cukup.

Kenapa bukan Singapura, Malaysia, atau Filipina?

Dari chart di atas, ternyata Indonesia bukan satu-satunya negara Asia Tenggara yang muncul. Malaysia dan Filipina juga muncul di chart itu, tapi kenapa Indonesia yang dipilih oleh Hololive?

Banyak audiens menganggap bahwa keunggulan Indonesia dalam hal ini adalah budaya Jejepangan yang sudah lama mengakar sejak 1990-an. Kerjasama bilateral Indonesia-Jepang juga sudah erat sejak lama. Padahal, budaya Jejepangan di negara Asia Tenggara lainnya juga tak kalah besar dibanding Indonesia. Kerjasama bilateral mereka dengan Jepang juga tak kalah erat.

"Mending nonton di Youtube", kata-kata yang membuat Hatsune Miku sakit hati.

Dalam sejarah perhelatan perwibuan internasional, Indonesia selalu berada dalam posisi yang tak diuntungkan. Beberapa dari kalian mungkin masih ingat dengan konser Hatsune Miku di Indonesia tahun 2014, di mana penggemarnya lebih memilih untuk menonton di Youtube. Tiga tahun kemudian, Hatsune Miku mencoba peruntungannya di Malaysia. Sukses. Hal yang sama juga bisa diaplikasikan pada penyelenggaraan Anime Festival Asia, di mana lini konser Anisong di AFAID kalah lengkap dibanding AFASG.

Selain faktor geografis yang lebih mudah dicapai, faktor ekonomi juga mempengaruhi dalam kasus ini. Pendapatan per kapita Malaysia dan Singapura jauh lebih tinggi dibanding Indonesia. Membeli tiket konser tentunya bukan hal yang murah, sesuatu yang orang Indonesia masih "mikir-mikir".

Kembali ke bahasan Vtuber, alur pendapatan mereka tentu berbeda dengan konser anisong. Jika konser anisong mengandalkan kerumunan orang yang datang ke satu lokasi, Vtuber bisa dilakukan di mana saja. Selama ada konsep, konten, dan koneksi internet yang mumpuni, semua bisa jadi Vtuber.

Selain itu, ada satu hal yang unik tentang pola pengeluaran orang Indonesia: "mental nyicil". Dibanding membayar mahal sekali jalan, mereka lebih memilih untuk membayar murah, tapi sering, yang ujung-ujungnya juga bernilai sama.

Hal ini dibuktikan dengan ramainya orang Indonesia berlangganan Spotify dan Netflix (di mana jalur pembeliannya masih abu-abu), dan juga layanan membership di kanal Youtube masing-masing Vtuber. Berhubung layanan superchat belum tersedia di Indonesia, layanan seperti Streamlabs, Trakteer, atau Saweria menjadi penggantinya.

Sudah Mengenal Vtuber Sejak Awal

Ketika Vtuber Kizuna AI sedang dalam masa jayanya, beberapa orang mulai meniru konsep Youtuber virtual ini untuk kemudian diaplikasikan dalam kemasan yang berbeda. Indonesia merupakan salah satu negara di luar Jepang yang mengadopsi konsep Vtuber paling awal.

Kemunculan Vtuber di Indonesia diawali oleh Artesia Visca, umum dikenal sebagai Cerita Tessa. Tessa muncul di bulan Februari 2018, setahun setelah Kizuna AI debut. Selanjutnya, ada Maya Putri, kali ini merupakan seorang Vtuber korporat. Kemunculan Maya Putri membuat pasar Jepang yakin akan keseriusan konsep Virtual Youtuber di Indonesia. Berbagai tokoh diajaknya berkolaborasi, dari Hiroaki Kato hingga istri presiden Soekarno.

Pada zaman itu, orang tidak tahu apa itu Hololive, dan siapa itu Fubuki.

Selain itu, ada satu kolaborasi yang jarang dibahas, tetapi menjadi peristiwa penting dalam perkembangan Vtuber di Indonesia. Ya, siapa lagi kalau bukan dengan Shirakami Fubuki. Siapa sangka, kolaborasi ini malah menjadi benang merah antara Hololive dengan Indonesia.

Hololive saat itu masih belum setenar sekarang, dan Fubuki masih memiliki 166.000 subscriber. Audiens Maya Putri tidak tahu Fubuki Vtuber. Mereka hanya tahu Fubuki karakter utama Kantai Collection, atau Fubuki karakter One Punch Man. Melihat seberapa besar Hololive saat ini, jelas bahwa Hololive patut diacungi jempol dalam mengenali pasar.

Maya Putri memang sudah tak aktif lagi, tapi semangat Vtuber yang datang setelahnya masih terus berkobar. Banyak Vtuber indie bermunculan, dari Evelyn, Jaret Ghosty, dan masih banyak lagi. Dari sisi agensi luar, Nijisanji masuk ke pasar Indonesia terlebih dahulu, dan bisa dibilang cukup sukses.

Melihat pasar yang ramai ini, Hololive tak segan untuk ikut, dan mereka berhasil.

Harapan untuk Hololive Indonesia

Sebagai penggemar Vtuber, khususnya Hololive, saya sangat senang ketika HoloID mulai dikenal masyarakat internasional. Dampaknya, munculnya Hololive ID generasi kedua menjadi semakin dinanti-nanti. Hal ini terbukti dari jumlah subscriber masing-masing channel, yang sudah menyentuh angka 50.000 bahkan sebelum debut.

Pengumuman Hololive Indonesia generasi kedua.

Sama seperti generasi pertama, generasi kedua juga menyediakan konsep yang tak kalah menarik. Mulai dari moefikasi keris, karakter dengan estetika Zombieland Saga, hingga burung merak yang langsung digambar langsung oleh Pochi-sensei.

Harapan saya tidak terlalu muluk-muluk. Saya hanya berpesan agar ketiga talenta baru Hololive Indonesia menjalankan tugasnya dengan baik, menghibur penggemarnya, dan memperkenalkan Virtual Youtuber ke jangkauan yang lebih luas.

Selamat berjuang, Ollie, Anya, dan Reine! Selamat datang di Hololive Indonesia!