Peringatan: topik menyinggung kekerasan seksual

Tadinya, saya berniat untuk menulis tiga kasus tentang idol Jepang yang mengalami peristiwa kekerasan dari fans. Jika artikel pertama dalam serial ini membahas tentang bagaimana otaku perempuan terpinggirkan dari komunitas melalui stereotip dan perlakuan eksklusif laki-laki, artikel kedua akan menceritakan bahaya yang dihadapi oleh para talent atau idol yang membuat bahkan di tingkat berprofil tinggi sekalipun, perempuan masih tidak nyaman berada di komunitas ini.

Namun, pada akhirnya, saya memutuskan agar artikel ini berfokus pada satu kasus saja: penusukan Mayu Tomita. Mengapa kasus ini? Sebab motif pelakunya adalah ia merasa perasaannya 'ditolak' oleh sang idol. Ia juga merasa bahwa semua perempuan yang berurusan dengan dunia pornografi harus bunuh diri dan menghabiskan banyak waktu mengeluarkan komentar obsesif tentang idol. Kakaknya mendeskripsikannya sebagai orang yang tidak banyak teman dan kurang mampu mengekspresikan diri.

Cukup familiar? Perilaku seperti ini sering disebut dengan 'incel'. Kalau hanya temanmu yang tukang share meme di media sosial mungkin tidak berbahaya, namun nyatanya perilaku seperti ini tidak hanya menyingkirkan perempuan dari komunitas otaku, tapi juga dapat berujung pada tindakan kekerasan yang ada. Sampai-sampai, bermunculan para pembuat kebijakan publik dan akademisi yang mengkategorisasikan perilaku seperti ini sebagai potensi ancaman terorisme domestik.

Artikel ini akan perlahan-lahan menjelaskan pola pikir aneh incel tentang perempuan, diakhiri dengan penjelasan dampak nyatanya. Jika, dalam penjelasan ini, anda menemukan sifat yang anda temukan di dunia maya atau di teman-teman yang anda kenal, maka memang komunitas otaku di Indonesia sedang dalam masalah besar.

I. "Perempuan maunya yang ganteng doang!"

Pertama adalah bayangan tentang 'pasar' percintaan atau seks. Jalan menuju incel dimulai dari berpikir bahwa cewek 'maunya yang ganteng dan kaya doang'. Dengan jalan pikir seperti ini, orang-orang ini memisahkan diri (yang mereka anggap sendiri jelek dan tidak punya apa-apa) dengan orang-orang 'sukses', orang-orang yang mampu punya pacar dan berhubungan seksual. Mereka 'pasti' gagal karena kalah dari laki-laki yang rupawan dan punya materi. Sebanyak apapun usaha mereka, cewek pasti tidak akan suka dengan mereka.

Mereka juga seringkali menjelek-jelekkan diri sendiri, mulai dari berat badan, bentuk tubuh, bentuk wajah, struktur tulang, kondisi mental, kondisi kulit, kondisi gigi, dan lain sebagainya. Dengan memposisikan diri sebagai 'segala-tidak-ada', mereka secara otomatis menempatkan diri sebagai orang yang tidak akan didekati perempuan, yang menurut mereka hanya mau lelaki 'segala-ada'.

Tentu saja perlu dikatakan di sini bahwa semua ini hanyalah bayangan mereka saja atau beberapa peristiwa yang mereka alami secara terpisah. Namun dari bayangan atau pengalaman buruk ini, mereka menganggap bahwa semua perempuan itu maunya yang bagus-bagus saja, dan dia yang berada di luar kriteria wanita pasti tersingkirkan.

Dengan kata lain, omongan seperti 'kenapa orang ganteng boleh kabedon, sedangkan kalau aku rangkul cosplayer dibilang pelecehan'.`

II. "Enak ya jadi cewek, tinggal pilih cowok doang."

Langkah selanjutnya adalah membenci perempuan. Akibat perempuan 'bebas memilih siapa saja' dan 'bebas mengatur lelaki seperti apa yang diinginkan', kelompok ini menganggap perempuan memiliki banyak sekali kekuasaan di dunia modern. Mereka anggap, karena perempuan bisa memilih siapa saja, maka mereka bisa mendapatkan lelaki manapun melalui manipulasi dan kebohongan.

Lebih lanjut, mereka juga berfantasi bahwa bagi mereka yang tidak rupawan dan miskin, para perempuan dianggap melihat dengan cara yang merendahkan, menjauhi, ataupun 'mengasingkan'. Dengan ini mereka semakin menekankan diri sebagai 'korban' yang dijauhi wanita (lihat selanjutnya di bagian IV).

Dengan fantasi bahwa perempuan berkuasa dan manipulatif, mereka menjadi sangat membenci feminisme dan ajakan untuk 'kesetaraan gender'. Mereka menganggap bahwa perempuan sudah berkuasa, padahal seharusnya tidak, padahal seharusnya lelaki-lah yang berkuasa. Maka, feminis menjadi 'musuh', yang 'hipokrit' dan 'klaim palsu bahwa perempuan ditindas oleh masyarakat'.

Sekali lagi perlu diingatkan bahwa tentu saja ini jauh dari kenyataan yang ada dengan tingkat kekerasan dan rasa tidak aman yang dialami mayoritas permepuan di Indonesia maupun di tempat-tempat lain pada masa sekarang. Namun, akibat memulai pemikiran mereka tentang permepuan dari 'pasar percintaan' atau 'pasar seks', orang-orang incel ini meyakinkan diri bahwa sebenarnya laki-laki lah yang tertindas dan perempuan-lah yang berkuasa.

Dengan kata lain, omongan seperti 'enak ya, cosplayer/Vtuber cukup gitu aja buat sukses, gua sih sebagai laki-laki harus berusaha keras'.

III. "Padahal aslinya, cowok harusnya lebih dominan daripada cewek."

Sebab bagi mereka laki-laki ditindas dan perempuan jahat, maka 'mengembalikan derajat' perempuan bukanlah hal yang salah lagi. Nafsu dan birahi tidak lagi memalukan karena 'mereka juga menampilkan diri secara seksual'. Mereka menyalahkan masyarakat yang tidak membolehkan mereka untuk 'tertarik' ke perempuan muda.

Selain itu, mereka juga mempunyai konsep sendiri terkait struktur sosial yang 'benar'. Menurut mereka, tertarik pada anak remaja di bawah umur adalah 'normal' dan perempuan tua tidak menarik karena 'sudah tidak subur'. Perempuan bagi mereka juga merupakan makhluk rendahan, berada di bawah lelaki, dan tidak boleh setara apalagi mendominasi.

Oleh karena itu, kehidupan modern menjadi kesengsaraan bagi mereka, karena mereka melihat bahwa tidak hanya laki-laki dan perempuan tidak boleh setara, namun juga perempuan harus berada di bawah laki-laki.

IV. "Kalau jadi cowok apa-apa susah!"

Dari semua anggapan dan teori ini, kesimpulan yang dipegang oleh para lelaki incel adalah bahwa mereka sekarang sekarang ditindas oleh masyarakat dan zaman.

Mereka menganggap laki-laki tidak punya hak, tidak dipedulikan perempuan, dan hanya orang-orang 'chad'-lah yang bisa hidup dengan aman dan tentram. Lagi-lagi, mereka merasa 'penindasan' ini datang dari bagaimana mereka selalu gagal di percintaan. Mereka merasa terasingkan dan gagal karena perempuan tidak menginginkan mereka. Dari sana, mereka mendapatkan kesimpulan bahwa dunia ini tidak adil terhadap para lelaki dan menguntungkan perempuan.

Menariknya, mereka juga mengeluhkan ketidakmampuan laki-laki untuk mengekspresikan diri maupun ketimpangan tenaga yang dikeluarkan waktu kencan. Namun, alih-alih melawan ekspektasi beracun tentang maskulinitas, mereka menyalahkan 'feminis' dan 'SJW' yang mereka tuduh tidak menganggap keluhan pria dan terus menerus 'menguasai pasar seks'.

V. Eliot Rodger dan Penusukan Mayu Tomita

Pada tahap ini, yang membedakan incel dari pelaku kriminal hanyalah niatan saja. Sebab, pemikiran mereka sudah membolehkan atau bahkan menganjurkan kekerasan terhadap perempuan. Sebab banyak di antara mereka ini yang tidak memiliki kekuatan apa-apa, fisik atau mental, di dunia nyata, maka biasanya angan-angan untuk 'balas dendam' ke wanita tetaplah menjadi angan-angan. Namun ceritanya lain lagi bagi mereka yang telah mengumpulkan niat yang cukup.

Eliot Rodgers membunuh tujuh orang dan melukai 14 lain, banyak di antaranya perempuan, pada tahun 2014 di Isla Vista, California. Berikut manifestonya sebelum melakukan pembunuhan berantai:

Hari ini adalah hari pembalasan, hari di mana aku akan membalaskan dendamku kepada kemanusian, melawan kalian semua.

Selama delapan tahun terakhir hidupku, sejak aku mencapai pubertas, aku dipaksa untuk menahan keberadaan yang menyendiri, penolakan, dan nafsu yang tak terpenuhi semua karena perempuan tidak pernah tertarik padaku. Perempuan memberi semua kasih sayang dan seks dan cinta ke laki-laki lain, tapi tidak pernah kepadaku.

Umurku 22 tahun dan aku masih perjaka. Aku bahkan tidak pernah mencium perempuan. Aku telah melewati dunia kuliah selama dua dan setengah tahun, lebih dari itu, malahan, dan masih saja perjaka.

Ini sangat menyiksa. Kuliah adalah waktu ketika semua orang merasakan hal-hal seperti bersenang-senang, kenikmatan, dan seks.

Dalam semua tahun itu, aku harus membusuk dalam kesendirian. Ini tidak adil. Kalian perempuan tidak pernah tertarik padaku. Aku tidak tahu kenapa perempuan tidak tertarik padaku, tapi aku akan menghukum kalian semua karenanya.

Ini adalah ketidakadilan, suatu kejahatan, karena... Aku tak tahu apa yang tidak bisa kalian cari dariku. Aku adalah laki-laki sempurna, namun kalian menyerahkan diri ke laki-laki memuakkan daripada kepadaku, seorang pria unggul.

Ia menjadi pahlawan karena 'keberaniannya' untuk 'menghukum' perempuan. Kisah lain berisi kebencian luar biasa dari para incel yang menganggap bahwa korban pemerkosaan pantas mendapatkannnya, bahwa mereka hanya akan tertawa ketika melihat kasus pelecehan atau pemerkosaan. Mereka berpikir karena perempuan seenaknya menolak laki-laki seperti dia, maka dia sebagai laki-laki tidak akan membantu jika melihat kasus kekerasan seperti itu. Fantasi lain juga berasal dari orang yang ingin melakukan kekerasan serius pada perempuan yang ia anggap semena-mena secara 'memuakkan' karena dia bisa memilih dan menyingkirkan laki-laki.

Otaku punya Eliot Rodgers-nya sendiri. Seorang penggemar idol bernama Tomohiro Iwazaki hampir membunuh seorang penyanyi dan aktris Jepang, Mayu Tomita. Kasus ini bermulai dari Iwazaki yang terus-terusan secara obsesif mengirimkan komentar di media sosial padanya, dan berakhir dengan penusukan dengan niat membunuh.

Iwazaki mengirim 'hadiah' seperti buku dan jam tangan, yang kemudian dikembalikan oleh pihak Tomita. Setelah itu, ia mengiirmkan cuitan bernada kekerasan selama hampir sebulan, sebelum akunnya diblokir. Setelah itu, Tomita meminta bantuan polisi untuk menjaganya, namun polisi menganggap ancaman media sosial bukanlah ancaman yang terlalu genting.

Iwazaki kemudian mengkonfrontasi Tomita setelah acara konser dan menanyakan mengapa hadiahnya ditolak sebleum menusuknya dengan pisau lipat berpuluh-puluh kali sebari berteriak "Kamu harus mati! Mati!"

Tomita kemudian dirawat dengan keadaan yang kritis, trauma, dan buta sebelah, sebelum akhirnya memulihkan diri.

VI. Para Calon Kriminal di Antara Kita

Siapa Iwazaki? Ia 'tidak mampu mengutarakan perasaan dan berkspresi dengan baik', ujar kakaknya, dan mencintai sekian banyak model sebleum akhirnya ingin menikahi Tomita. Ia juga menjadi salah satu partisipan video pornografi sembari mengatakan semua perempuan yang muncul di dunia porno harus bunuh diri.

Di sisi lain, dalam kasus yang serupa dengan korban kali ini adalah anggota AKB48, seorang pria menusuk tangan sekian idol dengan gergaji dengan niatan membunuh, akibat frustrasi dengan pekerjaannya sendiri. Alasan untuk membunuh? Ia tidak senang bahwa idol seperti AKB48 dibayar mahal-mahal, sedangkan ia diputuskan kontrak kerjanya oleh perusahaan.

Tentu saja tidak semua orang yang ditolak perempuan atau mempunyai anggapan salah terhadap perempuan merupakan calon pembunuh. Namun, perilaku seperti ini sudah tidak bisa lagi disepelekan sebagai sekadar perilaku orang-orang cupu yang lemah secara fisik. Baik United States Secret Service maupun European Comission sudah mulai menyelidiki perilaku incel sebagai ancaman serius dalam hal terorisme domestik.

Perilaku incel bukanlah lelucon ironis, shitposting, sekadar meme, atau sekadar 'postingan media sosial'. Perilaku ini mempunyai dampak dan bahaya yang nyata bagi kita, termasuk di dalamnya komunitas otaku Indonesia yang masih ramai memiliki beberapa pola pikir di atas. Setiap kali sentimen ini muncul di benak anda, teman anda, atau lini masa anda, maka sudah waktunya juga anggapan ini dilawan dan dibantah, sebari terus memastikan bahwa teman-teman perempuan di dalam kancah ini tetap merasa aman dan nyaman mengekspresikan dirinya.


Penjelasan tentang Incel diambil dari An Exploration of the Involuntary Celibate (Incel) Subculture Online oleh Roberta Liggett O’Malley, Karen Holt, dan
Thomas J. Holt